Eitss…ini bukan judul
film yang tengah fenomenal itu. Ini judul lagunya One Direction. Begini
kira-kira bunyi liriknya, coba perhatikan dengan seksama, apa kiranya yang
menarik dari lirik ini hingga kuanggap sebagai sebuah fenomena.
Now
that you can’t have me, you suddenly want me…
Now
that I’m with somebody else, you tell me you love me…
I
slept on your doorstep, begging for one chance…
Now
that I finally moved on, you say that you missed me all alone…
Who
do you think you are, who do you think I am…
You
only love to see me breaking, you only want me cause I’m taken…
You
don’t really want my heart; no…you just like to know you can…
Still
be the one who can see I’m breaking…
You
only want me when I’m taken…
You’re
messing with my head; Girl, that’s what you do best…
Saying
there’s nothing you won’t do to get me to say yes…
You’re
impossible to resist, but I wouldn’t bet your heart on it…
It’s
like I’m finally awake, and you’re just a beautiful mistake…
Thank
you for showing me who you are underneath, no…
Thank
you I don’t need another heartless misery…
You
think I’m doing this to make you jealous…
And
I know that you hate to hear this…
But
this is not about you anymore…
Aku tertarik dengan
liriknya yang sederhana, namun ada makna yang menarik perhatianku untuk
mengulasnya. Dan lirik lagu ini pas sekali dengan sebuah fenomena berjudul
“Love and Romance”. Banyak sekali kejadian percintaan yang terjadi ketika
seseorang memutuskan pasangannya begitu saja dengan berbagai alasan, ketika si
pasangan begitu sayang dan berusaha merajut kembali hubungan itu (terkadang
secara berlebihan meminta dengan mengiba-iba), dia malah dengan sombongnya
menolak bahkan untuk sekedar menjadi teman. Namun, kenyataan yang terjadi
ketika si pasangan berusaha move on, dia datang lagi merusak segalanya hanya
karena merasa bahwa mantan pasangannya itu masih menyimpan rasa padanya. Dan
yang paling menyebalkan adalah ketika dia berhasil menghancurkan perjalanan si
mantan untuk move on, dengan sengaja juga dia mencabik-cabik perasaan si mantan
dengan menolaknya lagi. What a nasty Joe!
Satu kisah milik
seseorang yang 3 bulan lalu mulai kukenal dekat. Hmm…sebenarnya sudah sejak dua
tahun lalu aku mengenalnya. Seorang perempuan yang dengan seenaknya (bahasaku
“sadis”) dipermainkan oleh lelaki yang berpendidikan tinggi, berkeluarga
terhormat, namun sayangnya kurang memiliki perasaan. Sebutlah namanya Daniel. Tebakanku,
dia tak sepenuhnya mengerti arti “perempuan” dalam hidup ini.
Sebenarnya miris dan malu
sekali mengungkapkan kisah ini, karena aku diposisi yang sama dengan si lelaki
itu. Sama-sama bergender “male”.
Sepengetahuanku
berdasarkan cerita yang keluar sedikit demi sedikit dari mulut perempuan itu, dia
lelaki pertama yang berhasil meluluhkan hatinya. Ketika dia menahan diri untuk
tidak “berpacaran” selama dibangku sekolah, Daniel dengan gagahnya datang dan
menjulurkan tangan kanannya, tanpa diketahui si perempuan bahwa tangan kirinya
dia tautkan pada tangan perempuan lain.
Hubungan itu tak berjalan
lama, karena mereka menjalaninya secara diam-diam. Namun, komunikasi tetap
berjalan hingga mereka menyelesaikan tahun pertama dibangku perkuliahan. Iyya,
perempuan itu dengan tulusnya menganggap Daniel sebagai teman dekat, padahal
sebenarnya tanpa sepengetahuannya Daniel berusaha tetap memastikan bahwa
perasaan si perempuan terjaga untuknya. Di satu sisi itu baik ketika dia
sendiri juga menjaga perasaannya, hingga kelak diwaktu yang tepat ketika mereka
berdua sudah siap dan pantas, perasaan keduanya bisa terikat dalam hubungan
yang lebih suci. Pernikahan. Namun, apa jadinya ketika Daniel hanya
memanfaatkan perasaan perempuan itu. Ketika dia merasa bosan dengan perempuan-perempuannya,
dia tahu kemana akan kembali.
Dan itu memang itu
terjadi. Tiga tahun ketika mereka “break”, Daniel sudah punya pacar baru dan
secara tiba-tiba ketika mereka dipertemukan kembali dalam satu scene bernama
“Reuni Kelas” setelah hampir satu tahun tak komunikasi, Daniel seperti
menemukan kembali persinggahannya. Perempuan itu pun dengan lapang dada menerima
kedatangan Daniel, hingga ketika perasaan yang sudah 3 tahun dengan susah payah
si perempuan kubur, muncul kembali hanya dengan hitungan hari. Semuanya
terbangun megah dan indah di hati si perempuan. She’s falling in love again
with him. Namun dia tak sadar bahwa podasi perasaannya tak kuat. She was really
blinded by love. Dan ketika perempuan itu mulai membuka perasaannya dan
memastikan sebuah kesempatan, Daniel mencabik-cabik harapan itu dengan hanya
sebuah kalimat, “Aku sayang kamu, tapi aku juga sayang pacarku”. Si perempuan
merasa sangat hina.
Sejak saat itu hubungan
kembali terputus. Tak ada lagi komunikasi. Setahun kemudian Daniel dengan
mulusnya memulai komunikasi lagi. Aku juga tak mengerti, si perempuan punya
hati yang terbuat dari apa. Yang jelas, dia dengan sangat ramah merespon
komunikasi itu. Tebakanku, dia hanya ingin hubungan yang dulunya berawal dari
teman, seharusnya juga berakhir baik sebagai teman. Betapa tak pantas perempuan
sepertinya diperlakukan kejam. Dua hari komunikasi itu berjalan. Intens. Dihari
ketiganya, Daniel mulai memastikan posisinya di hati si perempuan. Dan memang
siperempuan tak memungkiri bahwa “kisah” yang dia punya dengan Daniel sangat
membekas (kutahu, ini yang pertama baginya). Dan Daniel dengan bangganya mengerti
bahwa dia masih punya kans besar dihati si perempuan.
Kejadiannya ini seperti
déjà vu, berulang ditiap tahun. Daniel seperti datang dan pergi, dan ketika dia
datang kembali dia tak lupa memastikan (dengan caranya sendiri) posisinya
dihati si perempuan.
Hingga ketika aku pertama
kali mengenal si perempuan dua tahun lalu, ketika kami sama-sama di Melbourne.
Aku bekerja di salah satu developer real estate di kota besar itu, dan si
perempuan melanjutkan studynya. Aku pertama kali bertemu dengannya di acara
buka puasa bersama di Konjen Indonesia di Queen street, Melbourne. Dimasa-masa
dia melanjutkan studynya, kenyataannya, ada beberapa teman yang ingin
mendekatkannya dengan lelaki. Dan ada juga beberapa lelaki yang mendekat
dengannya, namun entah mengapa taka da yang direspon olehnya. Apa mungkin
karena Daniel?
Dan berdasarkan
pengakuannya, ditahun pertama Daniel begitu gencar menjalin komunikasi
dengannya. Dan memasuki tahun kedua komunikasi itu mulai menurun. Disaat yang
sama, siperempuan itu telah setuju untuk bertaaruf dengan salah seorang kerabat
dari teman dekatnya. Taaruf yang dijalaninya pun LD – R. Yang sangat aneh
adalah ketika sebulan komunikasi mulai terjalin baik dengan pasangan
“taaruf”nya, Daniel datang lagi. Dan kali itu, dia seperti resah dan senantiasa
bertanya apakah si perempuan sedang dekat dengan lelaki lain, apa sudah tak ada
kesempatan baginya. Si perempuan berusaha menjawab bijak (namun menurutku
jawabannya menggantung, hingga membuat Daniel merasa masih punya harapan).
Namun, si perempuan dengan gencarnya membatasi komunikasi dengan Daniel,
mengurangi untuk merespon segala perhatian Daniel.
Menurut pengakuannya,
komunikasi berjalan sangat baik dengan pasangan taarufnya. Beberapa kali
istikharah, jawabannya seperti mengarah pada kemudahan untuk keduanya. Hingga
di bulan terakhirnya, ketika dia masih gencar memohon doa akan kelancaran
proses ini, namun sebuah keraguan tumbuh. Dan dia melakukan shalat istikharah
terakhir, dan secara mengejutkan keraguan itu semakin memuncak. Dia utarakan
itu pada sang pasangan “taaruf” sebutlah namanya Raja, meminta waktu agar
mereka bertemu terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka memutuskan. Karena
menurutnya keraguan yang muncul karena komunikasi yang terjalani adalah jarak
jauh, dan mereka belum pernah bertatap mata.
Dan yang paling
menyebalkan, adalah ketika sehari sebelum kepulangannya ke Aceh. Daniel dengan
sangat perhatiaannya mulai datang lagi menebarkan semilyar perhatian. Dan
secara kebetulan Raja pun seperti menghilang. Hingga, ketika pertama kali
menginjakkan kaki di Aceh, sms pertama yang masuk adalah dari Daniel, padahal
Raja tahu pasti tanggal kepulangannya . Ada perasaan aneh merasukinya, apa ini
pertanda?
Hingga dua hari dia di
Aceh, tak ada satu pun sms atau telpon dari Raja. Hanya Daniel yang hampir
setiap jam menawarkan sejuta perhatian. Perasaan siperempuan menjadi resah, dia
merasa seperti pengkhianat bagi Raja. Padahal dia sangat menunggu saat-saat
Raja mengajaknya bertemu, karena sejujurnya she thought she had already moved
on and with Raja, she would have something else that would be more worthwhile.
But, she’s wrong, ternyata beberapa hari setelah itu Raja mengabarinya kalau
dia sudah menjalin hubungan serius dan akan segera menikah dengan rekan
kerjanya sendiri. Perempuan itu tersenyum tipis, perih. Semua yang mendengar
cerita itu, merasa ada yang aneh dengan segala proses yang sangat instant itu.
Mereka curiga, kalau Raja sengaja menjalin dua komunikasi serius dengan
beberapa perempuan saat itu dan ketika si perempuan ini berkata hal yang
berkaitan dengan keraguan, dia dengan mudahnya beralih. Fenomena, ck…ck…ck (Aku
beristighfar, memohon agar dijaga dari segala perbuatan yang menyakiti dan berdosa
itu). Namun, siperempuan tetap merasa ini semua salahnya, karena disaat dia
seharusnya focus dengan komunikasinya dengan Raja di detik-detik kepulangannya,
dia malah merespon datangnya Daniel. Dan dia merasa akan menerima balasan
perbuatannya ini.
Dan seperti mengiyakan
semua pikirannya tentang dirinya sendiri, setelah beberapa minggu Daniel
seperti tak ingin melepaskannya lagi, tiba-tiba dia menghilang sejenak.
Kemudian datang dengan perhatian yang sedikit berkurang. Ternyata, tepat ketika
siperempuan bertemu seorang teman lamanya, sebut saja namanya Sarah. Sarah
mengungkap segala kebenaran.
Ini potongan ceritanya
kepadaku:
Hari itu entah kenapa aku pergi
mengunjungi teman lamaku, Sarah. Di tengah pembicaraan santai, Sarah
memandangku dengan sedikit gelisah dan berkata:
“Ya, ada yang ingin aku tanyakan…”,
“Serius amat Sar, mau nanya apa
siyh?”
“Hmm…”
“Waah…jadi deg-degan, ada apa
siyh?”
“Sebenarnya gimana hubungan kamu
dengan Daniel sekarang? Masih komunikasi?”
Aku tertegun. Sarah memang sering
menanyakan kisah asmaraku, baik dengan Daniel atau dengan yang lainnya, tapi
beberapa hari terakhir dia sering sekali menanyakan tentang Daniel. Ada apa
sebenarnya? Aku jadi sedikit resah, namun aku sudah sangat siap dengan segala
konsekuensi.
“Hmm…dua minggu terakhir Daniel
udah jarang hubungi aku siyh, terakhir kemarin malam, dan itu pun hanya nelpon
tanyain kabar…”
“Oh… tapi masih hubungi kamu?”
“Yaa… terakhir cuma itu, gak ada
yang special lagi. Emang ada apa Sar?”
Iya, kalau aku sadari memang selama
dua minggu terakhir Daniel seperti menjauh. Tapi terakhir dia menelponku lama,
Daniel masih sering merayu dan seperti mengharapkan kesempatan. Entahlah.
“Gak ada, sebenarnya… hmm,
ah, gak ada apa-apa siyh, hehe”
Aku semakin tak percaya. Siapa yang
percaya kalau tingkah Sarah jadi mencurigakan begini, dia seperti
menyembunyikan sesuatu besar.
“Serius gak mau kasi tahu
aku? Aku pulang aja dech…”
“Eh…kok gitu? Enggak Ya,
aduuuh…seharusnya aku gak ngomong ini ke kamu… jadi nyesal”
“Begini aja, coba pikirkan kamu
akan lebih nyesal kalau kamu yang kasi tahu aku, atau aku tahu dari yang
lain…”, Sarah Nampak berpikir keras.
“Menyesal kalau kamu tahu dari yang
lain…”
“Then tell me… what’s wrong?”
“Daniel itu bukan lelaki yang baik
buat kamu, Aliya. Dia dekati kamu tapi diwaktu yang sama dia dekati perempuan
lain…”
Deg, dadaku sedikit perih. Apa aku
gak salah dengar?
“Aku gak berani kasi tahu kamu,
karena kamu sepertinya masih punya rasa sama Daniel, Aliya kamu gak apa-apa
kan?”
Aku tersenyum.
“Dia lelaki pertama yang pernah
dekatku dengan status pacar, dan selama bertahun-tahun dia seperti gak
melepaskan aku, walaupun statusnya hanya teman. Kalau dibilang masih punya
rasa, that’s true! Tetapi gak seperti dulu, apalagi ketika dia udah nyakitin
aku dulu. Maybe, itu hanya sebatas factor yang aku bilang tadi. Buktinya, aku
gak shock-shock amat mendengar ini. emangnya ceritanya gimana, Sar?”
“Bener ya, gak apa-apa”
“Kamu bisa menilai sendiri gimana
keadaanku sekarang, kalau kamu merasa aku belum siap, kamu gak perlu cerita
kok…”, ucapku sambil tersenyum.
“Beberapa waktu lalu Vina cerita ke
aku, katanya Daniel pernah hubungi dia sekitar dua tahunan lalu, kamu masih di
Oz… Daniel minta dicarikan cewek untuk hubungan serius…”
Hah? Waktu itu kan dia juga lagi
berusaha komunikasi denganku.
“Vina pernah kenalin dia dengan
Raisa, sempat dekat namun gagal. Beberapa waktu lalu Daniel juga pernah dekatin
Nina, tapi Nina menolak dan kata Vina ada beberapa perempuan lain yang sempat
dekatnya”.
Aku sedikit terpana.Ternyata kamu
memang belum berubah, Dan. Speechless.
Aliya, kalau boleh tahu, awalnya
Daniel hubungi kamu lagi kapan?”
“Pas aku di Aceh dia pertama kali
hubungi aku, hmm..enggak-enggak sehari sebelum aku pulang, dia sudah mulai
menjalin komunikasi lagi karena dia tahu pasti tanggal kepulanganku, kemudian
terus berlanjut sampai dia meminta kesempatan untuk dekat lagi denganku. Tapi
aku menolak karena aku tidak mau menjalin hubungan pacaran lagi, kecuali dia
mau menikah tahun depan, tapi dia belum bisa berjanji. Komunikasi tetap
berjalan walau tak seintens dulu, tapi sebulan lalu dia masih sangat sering
meghubungi hingga dua minggu lalu sedikit berkurang. Aku pun jarang menjawab
telponnya karena takut memberinya harapan…”
“Sebenarnya dua bulan
terakhir Daniel juga lagi dekat sama Tita…”
Nah, pernyataan ini yang membuatku
terkejut. Pertama, karena dua bulan terakhir dia juga mengiba-ngiba ingin
kembali padaku. Kedua, Tita itu teman semasa SMAku.. Ketiga, baru kemarin aku
bertemu Tita.
“Oia?”, hanya itu responku.
“Iyaa, dan Vina yang menjembatinya
karena setelah putus dari tunangannya, Tita seperti terluka sekali…”
“So…”
“Daniel mendekatinya, namun awalnya
Tita juga menolak tapi… btw, Daniel pernah menjanjikan sesuatu sama kamu gak?
Menikah tahun depan gitu?”
“Hmm…gak ada yang eksplisit banget
Sar, tapi sebelumnya Daniel pernah bilang kalau aku memberinya kesempatan, dia
akan berusaha untuk bisa melamarku tahun depan, namun lagi-lagi dia belum bisa
berjanji… Terus kenapa?”
“Dia menjanjikan akan menikah
dengan Tita bulan 6 tahun depan, dan Tita pun membuka jalan buat Daniel sekitar
dua mingguan ini…”
“Oh iya?”
“Iya… maaf ya Aliya, tapi
memang sebaiknya kamu tahu…”
Pantes saja dia sudah jarang
menghubungiku, ternyata pancingannya untuk Tita sudah digigit. Daniel-Daniel,
kamu memang damn shit man! Aku
tertawa kaku sambil geleng-geleng kepala memikirkan nasibku.
“Ya, kamu gak apa-apa kan?”
“Heh?”
Ketika aku akan menjawab pertanyaan
Sarah, telponku berdering. Laila.
“Sar, aku harus jemput Laila dulu
ya… dia udah nunggu aku ni…”, aku bangkit buru-buru dan pamit.
“Oke! Tapi Aliya, jangan
sedih ya…”
Aku melihat kearah Sarah dan
tersenyum. Aku memang perih Sar, tapi bukan karena Daniel, ada hal lain…
“Emangnya aku keliatan
patah hati ya? Hehe”
Hmm… miris ya? Dia memang tak apa-apa, malah dia merasa terlepas
sejak saat itu. Dan dengan senyumnya yang cantik itu, si perempuan mengatakan
padaku dengan bangganya, “I gained
almost 6 kilos after that, hehe…Alhamdulillah, the kilos that I had never got
before. What a gift!”.
Namun yang paling menyebalkannya lagi, ketika siperempuan
lagi-lagi sudah move on bersama lelaki lain, Daniel datang lagi. Dia lagi-lagi
menawarkan perhatian, namun dengan cara yang lebih halus. Aku bisa menangkapnya
kali ini, ketika aku dengan mata kepalaku sendiri bertemu dengan Daniel pagi
itu di sebuah masjid dalam rangka menghadiri pernikahan seorang teman. Dia
memulai dengan mengirimkan sms kepada si perempuan (sms itu langsung
diperlihatkan padaku).
From: Daniel
Aliya, kamu apa
kabar? Hampir setahun tak ada kabar, baru kali ini aku bisa melihat kamu lagi.
You look even like an angel now, more beautiful.
Seketika, setelah membaca sms itu aku tertawa sebal. Aku bangkit
setelah memakai sepatuku dan kulihat dari arah jam 12, lelaki itu tersenyum
penuh arti sambil melihat penuh kasih kearah perempuan itu tepat 2 meter di
depanku (si perempuan itu sedang sibuk berbicara dengan seorang temannya sambil
tersenyum). Daniel melangkah pasti menuju si perempuan. Aku pun melangkah dan
dalam hati aku berucap, No dude! From now
on, I won’t let you break my girl again. She’s mine now. Aku genggam jemari
perempuanku itu, sehingga Aliya merasa sedikit terkejut dan pipinya memerah,
tersipu menatap lembut kearahku. Kulihat Daniel seperti terkejut dan berhenti
dari langkah pastinya.
Kutatap Daniel dan dia membalas tatapanku dengan ekspresi sedikit
perih dan bingung. Kukatakan padanya lewat mataku, I have no idea if you really love Aliya or not, the thing I know is, you
love to see her breaking and with me beside her, don’t even think to do it
again.
“What’s wrong mas?”,
tanya Aliya lirih. Aku menunduk menatap lembut kearah mata indah itu. Tersenyum.
Kamu pasti menertawakanku jika
kuberitahu.
“Now that you can’t have
me, you suddenly want me… Now that I’m with somebody else, you tell me you love
me… I slept on your doorstep, begging for one chance… Now that I finally moved
on, you say that you miss me all alone…”, kusenandungkan lagu itu ditelinganya.
Aliya sedikit tersentak.
“Remember sayang?”,
tanyaku.
“You thought of the
lyrics while reading the text message of him, didn’t you?”
“I did…”
***
Kisah ini berawal, ketika
aku dan perempuanku (istriku, Aliya) sedang membersihkan kamar. Aliya menyetel
music dari laptopnya, dia memang lebih aktif ketika mendengar musik atau
lantunan ayat suci dari laptopnya. Aku hanya geleng-geleng. Tak apalah, asal kamu senang dan semua tugas
juga terselesaikan sayang! Awalnya semuanya biasa saja, aku juga sesekali
tersenyum mendengarnya bersenandung atau sekedar mengikuti bacaan Al-Quran
(karena Aliya mencampur semua mp3 dalam listnya). Sampai disalah satu lagu,
suddenly she became still. She was in a minute motionless. Aku meliriknya. Dia
seperti sedang memaknai setiap untaian kata-kata dalam lagu itu dan sesekali
tersenyum.
Aku menepuk lembut
pipinya.
“What’s wrong, pink?”
Aliya tersenyum penuh
arti.
“It seems that I turn
back time. Lirik lagunya seperti kisahku, mas, hehe…”
Aku pun memutar ulang
lagu itu, dan kudengarkan liriknya dengan seksama.
Aku melihat kearah si
pink (panggilanku untuk Aliya). Bukan tertawa seperti yang biasa kulakukan
ketika aku menjailinya karena sesuatu lucu tentangnya , kali ini aku tersenyum
sedikit iba dan mengusap rambutnya.
“Sayang, you don’t
deserve to be hurt. I know one day he will finally be awake and realize that
you are an angel”, Aliya tersenyum dan tersipu.
“And hopefully he won’t
regret it, because I myself can’t give up your smile, babe”, aku menggodanya.
Aliya terkekeh sambil menarik hidungku.
“Nope, of course not”,
ucapnya sambil bangkit dan mulai merapikan lemari.
“Why not! You’re really a
blue-eyed lady…”, ucapku tak mau terima.
“And I want it’s only for
you… not for somebody else…”, ucapnya serius sambil menatapku. Aku sedikit
terhenyak. Dan kata-katanya memang benar. Aliya,
you’re my one and only. Perempuan baik mana yang mau keindahannya dinikmati
oleh lelaki selain suaminya sendiri.
Daniel, mudah-mudahan
saja kamu tidak menyesal. Karena Tuhan maha melihat apa yang kita kerjakan. Dan
mudah-mudahan saja kamu tak merasa dumb, ketika kamu bertemu lagi dengan Aliya
kelak. Atau jangan-jangan kamu sedang bersenandung, “When I was your man” nya
Bruno Mars sekarang?? Aku terkekeh.
“What’s up, mas?”, tanya
Aliya curiga ketika menyadari aku sedang melamun.
“Nothing…”
“Trus kenapa
senyum-senyum gak jelas gitu? Mencurigakan!”, ucapnya sambil menyipitkan
matanya tanda curiga.
“Gak ada apa-apa pink,
well… pernah dengar lagu BM terbaru gak, sini aku setel…Liriknya lucu, hehe…”
Aku pun mengalihkan
perhatiannya dengan menyetel sebuah lagu…
When
our friends talk about you, all that it does is just tear me down…
Cause
my heart breaks a little when I hear your name…
And
it all just sound like… too young, too dumb to realize…
That
I should have bought you flowers and held your hand…
Should
have gave you all my hours when I had the chance…
Take
you to every party cause all you wanted to do was dance…
Now
my baby is dancing, but she’s dancing with another man…
Sebuah
fenomena terkadang memang mudah terbentuk, dan itu sulit terlupakan dan hilang.
Syukur jika itu sebuah fenomena yang baik, otherwise… Yaaa…mudah-mudahan saja
kita hanya mengikuti fenomena yang baik dan berharap menciptakan fenomena yang
baik pula. Dan mudah-mudahan saja tulisan ini menjadi pelajaran buat siapa
saja. Satu hal yang pasti ini hanya fiktif belaka, jikalau ada kesamaan nama,
tokoh, cerita, mohon dimaklumi karena namanya saja Fenomena, tentu saja
diangkat dari kejadian nyata.