Senin, 13 Mei 2013

TAKEN by Alif



Eitss…ini bukan judul film yang tengah fenomenal itu. Ini judul lagunya One Direction. Begini kira-kira bunyi liriknya, coba perhatikan dengan seksama, apa kiranya yang menarik dari lirik ini hingga kuanggap sebagai sebuah fenomena.

Now that you can’t have me, you suddenly want me…
Now that I’m with somebody else, you tell me you love me…
I slept on your doorstep, begging for one chance…
Now that I finally moved on, you say that you missed me all alone…

Who do you think you are, who do you think I am…
You only love to see me breaking, you only want me cause I’m taken…
You don’t really want my heart; no…you just like to know you can…
Still be the one who can see I’m breaking…
You only want me when I’m taken…

You’re messing with my head; Girl, that’s what you do best…
Saying there’s nothing you won’t do to get me to say yes…
You’re impossible to resist, but I wouldn’t bet your heart on it…
It’s like I’m finally awake, and you’re just a beautiful mistake…

Thank you for showing me who you are underneath, no…
Thank you I don’t need another heartless misery…
You think I’m doing this to make you jealous…
And I know that you hate to hear this…
But this is not about you anymore…


Aku tertarik dengan liriknya yang sederhana, namun ada makna yang menarik perhatianku untuk mengulasnya. Dan lirik lagu ini pas sekali dengan sebuah fenomena berjudul “Love and Romance”. Banyak sekali kejadian percintaan yang terjadi ketika seseorang memutuskan pasangannya begitu saja dengan berbagai alasan, ketika si pasangan begitu sayang dan berusaha merajut kembali hubungan itu (terkadang secara berlebihan meminta dengan mengiba-iba), dia malah dengan sombongnya menolak bahkan untuk sekedar menjadi teman. Namun, kenyataan yang terjadi ketika si pasangan berusaha move on, dia datang lagi merusak segalanya hanya karena merasa bahwa mantan pasangannya itu masih menyimpan rasa padanya. Dan yang paling menyebalkan adalah ketika dia berhasil menghancurkan perjalanan si mantan untuk move on, dengan sengaja juga dia mencabik-cabik perasaan si mantan dengan menolaknya lagi. What a nasty Joe!

Satu kisah milik seseorang yang 3 bulan lalu mulai kukenal dekat. Hmm…sebenarnya sudah sejak dua tahun lalu aku mengenalnya. Seorang perempuan yang dengan seenaknya (bahasaku “sadis”) dipermainkan oleh lelaki yang berpendidikan tinggi, berkeluarga terhormat, namun sayangnya kurang memiliki perasaan. Sebutlah namanya Daniel. Tebakanku, dia tak sepenuhnya mengerti arti “perempuan” dalam hidup ini.

Sebenarnya miris dan malu sekali mengungkapkan kisah ini, karena aku diposisi yang sama dengan si lelaki itu. Sama-sama bergender “male”.

Sepengetahuanku berdasarkan cerita yang keluar sedikit demi sedikit dari mulut perempuan itu, dia lelaki pertama yang berhasil meluluhkan hatinya. Ketika dia menahan diri untuk tidak “berpacaran” selama dibangku sekolah, Daniel dengan gagahnya datang dan menjulurkan tangan kanannya, tanpa diketahui si perempuan bahwa tangan kirinya dia tautkan pada tangan perempuan lain.
Hubungan itu tak berjalan lama, karena mereka menjalaninya secara diam-diam. Namun, komunikasi tetap berjalan hingga mereka menyelesaikan tahun pertama dibangku perkuliahan. Iyya, perempuan itu dengan tulusnya menganggap Daniel sebagai teman dekat, padahal sebenarnya tanpa sepengetahuannya Daniel berusaha tetap memastikan bahwa perasaan si perempuan terjaga untuknya. Di satu sisi itu baik ketika dia sendiri juga menjaga perasaannya, hingga kelak diwaktu yang tepat ketika mereka berdua sudah siap dan pantas, perasaan keduanya bisa terikat dalam hubungan yang lebih suci. Pernikahan. Namun, apa jadinya ketika Daniel hanya memanfaatkan perasaan perempuan itu. Ketika dia merasa bosan dengan perempuan-perempuannya, dia tahu kemana akan kembali.

Dan itu memang itu terjadi. Tiga tahun ketika mereka “break”, Daniel sudah punya pacar baru dan secara tiba-tiba ketika mereka dipertemukan kembali dalam satu scene bernama “Reuni Kelas” setelah hampir satu tahun tak komunikasi, Daniel seperti menemukan kembali persinggahannya. Perempuan itu pun dengan lapang dada menerima kedatangan Daniel, hingga ketika perasaan yang sudah 3 tahun dengan susah payah si perempuan kubur, muncul kembali hanya dengan hitungan hari. Semuanya terbangun megah dan indah di hati si perempuan. She’s falling in love again with him. Namun dia tak sadar bahwa podasi perasaannya tak kuat. She was really blinded by love. Dan ketika perempuan itu mulai membuka perasaannya dan memastikan sebuah kesempatan, Daniel mencabik-cabik harapan itu dengan hanya sebuah kalimat, “Aku sayang kamu, tapi aku juga sayang pacarku”. Si perempuan merasa sangat hina.

Sejak saat itu hubungan kembali terputus. Tak ada lagi komunikasi. Setahun kemudian Daniel dengan mulusnya memulai komunikasi lagi. Aku juga tak mengerti, si perempuan punya hati yang terbuat dari apa. Yang jelas, dia dengan sangat ramah merespon komunikasi itu. Tebakanku, dia hanya ingin hubungan yang dulunya berawal dari teman, seharusnya juga berakhir baik sebagai teman. Betapa tak pantas perempuan sepertinya diperlakukan kejam. Dua hari komunikasi itu berjalan. Intens. Dihari ketiganya, Daniel mulai memastikan posisinya di hati si perempuan. Dan memang siperempuan tak memungkiri bahwa “kisah” yang dia punya dengan Daniel sangat membekas (kutahu, ini yang pertama baginya). Dan Daniel dengan bangganya mengerti bahwa dia masih punya kans besar dihati si perempuan.

Kejadiannya ini seperti déjà vu, berulang ditiap tahun. Daniel seperti datang dan pergi, dan ketika dia datang kembali dia tak lupa memastikan (dengan caranya sendiri) posisinya dihati si perempuan.

Hingga ketika aku pertama kali mengenal si perempuan dua tahun lalu, ketika kami sama-sama di Melbourne. Aku bekerja di salah satu developer real estate di kota besar itu, dan si perempuan melanjutkan studynya. Aku pertama kali bertemu dengannya di acara buka puasa bersama di Konjen Indonesia di Queen street, Melbourne. Dimasa-masa dia melanjutkan studynya, kenyataannya, ada beberapa teman yang ingin mendekatkannya dengan lelaki. Dan ada juga beberapa lelaki yang mendekat dengannya, namun entah mengapa taka da yang direspon olehnya. Apa mungkin karena Daniel?
Dan berdasarkan pengakuannya, ditahun pertama Daniel begitu gencar menjalin komunikasi dengannya. Dan memasuki tahun kedua komunikasi itu mulai menurun. Disaat yang sama, siperempuan itu telah setuju untuk bertaaruf dengan salah seorang kerabat dari teman dekatnya. Taaruf yang dijalaninya pun LD – R. Yang sangat aneh adalah ketika sebulan komunikasi mulai terjalin baik dengan pasangan “taaruf”nya, Daniel datang lagi. Dan kali itu, dia seperti resah dan senantiasa bertanya apakah si perempuan sedang dekat dengan lelaki lain, apa sudah tak ada kesempatan baginya. Si perempuan berusaha menjawab bijak (namun menurutku jawabannya menggantung, hingga membuat Daniel merasa masih punya harapan). Namun, si perempuan dengan gencarnya membatasi komunikasi dengan Daniel, mengurangi untuk merespon segala perhatian Daniel.

Menurut pengakuannya, komunikasi berjalan sangat baik dengan pasangan taarufnya. Beberapa kali istikharah, jawabannya seperti mengarah pada kemudahan untuk keduanya. Hingga di bulan terakhirnya, ketika dia masih gencar memohon doa akan kelancaran proses ini, namun sebuah keraguan tumbuh. Dan dia melakukan shalat istikharah terakhir, dan secara mengejutkan keraguan itu semakin memuncak. Dia utarakan itu pada sang pasangan “taaruf” sebutlah namanya Raja, meminta waktu agar mereka bertemu terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka memutuskan. Karena menurutnya keraguan yang muncul karena komunikasi yang terjalani adalah jarak jauh, dan mereka belum pernah bertatap mata.

Dan yang paling menyebalkan, adalah ketika sehari sebelum kepulangannya ke Aceh. Daniel dengan sangat perhatiaannya mulai datang lagi menebarkan semilyar perhatian. Dan secara kebetulan Raja pun seperti menghilang. Hingga, ketika pertama kali menginjakkan kaki di Aceh, sms pertama yang masuk adalah dari Daniel, padahal Raja tahu pasti tanggal kepulangannya . Ada perasaan aneh merasukinya, apa ini pertanda?

Hingga dua hari dia di Aceh, tak ada satu pun sms atau telpon dari Raja. Hanya Daniel yang hampir setiap jam menawarkan sejuta perhatian. Perasaan siperempuan menjadi resah, dia merasa seperti pengkhianat bagi Raja. Padahal dia sangat menunggu saat-saat Raja mengajaknya bertemu, karena sejujurnya she thought she had already moved on and with Raja, she would have something else that would be more worthwhile. But, she’s wrong, ternyata beberapa hari setelah itu Raja mengabarinya kalau dia sudah menjalin hubungan serius dan akan segera menikah dengan rekan kerjanya sendiri. Perempuan itu tersenyum tipis, perih. Semua yang mendengar cerita itu, merasa ada yang aneh dengan segala proses yang sangat instant itu. Mereka curiga, kalau Raja sengaja menjalin dua komunikasi serius dengan beberapa perempuan saat itu dan ketika si perempuan ini berkata hal yang berkaitan dengan keraguan, dia dengan mudahnya beralih. Fenomena, ck…ck…ck (Aku beristighfar, memohon agar dijaga dari segala perbuatan yang menyakiti dan berdosa itu). Namun, siperempuan tetap merasa ini semua salahnya, karena disaat dia seharusnya focus dengan komunikasinya dengan Raja di detik-detik kepulangannya, dia malah merespon datangnya Daniel. Dan dia merasa akan menerima balasan perbuatannya ini.

Dan seperti mengiyakan semua pikirannya tentang dirinya sendiri, setelah beberapa minggu Daniel seperti tak ingin melepaskannya lagi, tiba-tiba dia menghilang sejenak. Kemudian datang dengan perhatian yang sedikit berkurang. Ternyata, tepat ketika siperempuan bertemu seorang teman lamanya, sebut saja namanya Sarah. Sarah mengungkap segala kebenaran.
Ini potongan ceritanya kepadaku:

Hari itu entah kenapa aku pergi mengunjungi teman lamaku, Sarah. Di tengah pembicaraan santai, Sarah memandangku dengan sedikit gelisah dan berkata:
“Ya, ada yang ingin aku tanyakan…”,
“Serius amat Sar, mau nanya apa siyh?”
“Hmm…”
“Waah…jadi deg-degan, ada apa siyh?”
“Sebenarnya gimana hubungan kamu dengan Daniel sekarang? Masih komunikasi?”
Aku tertegun. Sarah memang sering menanyakan kisah asmaraku, baik dengan Daniel atau dengan yang lainnya, tapi beberapa hari terakhir dia sering sekali menanyakan tentang Daniel. Ada apa sebenarnya? Aku jadi sedikit resah, namun aku sudah sangat siap dengan segala konsekuensi.
“Hmm…dua minggu terakhir Daniel udah jarang hubungi aku siyh, terakhir kemarin malam, dan itu pun hanya nelpon tanyain kabar…”
“Oh… tapi masih hubungi kamu?”
“Yaa… terakhir cuma itu, gak ada yang special lagi. Emang ada apa Sar?”
Iya, kalau aku sadari memang selama dua minggu terakhir Daniel seperti menjauh. Tapi terakhir dia menelponku lama, Daniel masih sering merayu dan seperti mengharapkan kesempatan. Entahlah.
“Gak ada, sebenarnya… hmm, ah, gak ada apa-apa siyh, hehe”
Aku semakin tak percaya. Siapa yang percaya kalau tingkah Sarah jadi mencurigakan begini, dia seperti menyembunyikan sesuatu besar.
“Serius gak mau kasi tahu aku? Aku pulang aja dech…”
“Eh…kok gitu? Enggak Ya, aduuuh…seharusnya aku gak ngomong ini ke kamu… jadi nyesal”
“Begini aja, coba pikirkan kamu akan lebih nyesal kalau kamu yang kasi tahu aku, atau aku tahu dari yang lain…”, Sarah Nampak berpikir keras.
“Menyesal kalau kamu tahu dari yang lain…”
“Then tell me… what’s wrong?”
“Daniel itu bukan lelaki yang baik buat kamu, Aliya. Dia dekati kamu tapi diwaktu yang sama dia dekati perempuan lain…”
Deg, dadaku sedikit perih. Apa aku gak salah dengar?
“Aku gak berani kasi tahu kamu, karena kamu sepertinya masih punya rasa sama Daniel, Aliya kamu gak apa-apa kan?”
Aku tersenyum.
“Dia lelaki pertama yang pernah dekatku dengan status pacar, dan selama bertahun-tahun dia seperti gak melepaskan aku, walaupun statusnya hanya teman. Kalau dibilang masih punya rasa, that’s true! Tetapi gak seperti dulu, apalagi ketika dia udah nyakitin aku dulu. Maybe, itu hanya sebatas factor yang aku bilang tadi. Buktinya, aku gak shock-shock amat mendengar ini. emangnya ceritanya gimana, Sar?”
“Bener ya, gak apa-apa”
“Kamu bisa menilai sendiri gimana keadaanku sekarang, kalau kamu merasa aku belum siap, kamu gak perlu cerita kok…”, ucapku sambil tersenyum.
“Beberapa waktu lalu Vina cerita ke aku, katanya Daniel pernah hubungi dia sekitar dua tahunan lalu, kamu masih di Oz… Daniel minta dicarikan cewek untuk hubungan serius…”
Hah? Waktu itu kan dia juga lagi berusaha komunikasi denganku.
“Vina pernah kenalin dia dengan Raisa, sempat dekat namun gagal. Beberapa waktu lalu Daniel juga pernah dekatin Nina, tapi Nina menolak dan kata Vina ada beberapa perempuan lain yang sempat dekatnya”.
Aku sedikit terpana.Ternyata kamu memang belum berubah, Dan. Speechless.
Aliya, kalau boleh tahu, awalnya Daniel hubungi kamu lagi kapan?”
“Pas aku di Aceh dia pertama kali hubungi aku, hmm..enggak-enggak sehari sebelum aku pulang, dia sudah mulai menjalin komunikasi lagi karena dia tahu pasti tanggal kepulanganku, kemudian terus berlanjut sampai dia meminta kesempatan untuk dekat lagi denganku. Tapi aku menolak karena aku tidak mau menjalin hubungan pacaran lagi, kecuali dia mau menikah tahun depan, tapi dia belum bisa berjanji. Komunikasi tetap berjalan walau tak seintens dulu, tapi sebulan lalu dia masih sangat sering meghubungi hingga dua minggu lalu sedikit berkurang. Aku pun jarang menjawab telponnya karena takut memberinya harapan…”
“Sebenarnya dua bulan terakhir Daniel juga lagi dekat sama Tita…”
Nah, pernyataan ini yang membuatku terkejut. Pertama, karena dua bulan terakhir dia juga mengiba-ngiba ingin kembali padaku. Kedua, Tita itu teman semasa SMAku.. Ketiga, baru kemarin aku bertemu Tita.
“Oia?”, hanya itu responku.
“Iyaa, dan Vina yang menjembatinya karena setelah putus dari tunangannya, Tita seperti terluka sekali…”
“So…”
“Daniel mendekatinya, namun awalnya Tita juga menolak tapi… btw, Daniel pernah menjanjikan sesuatu sama kamu gak? Menikah tahun depan gitu?”
“Hmm…gak ada yang eksplisit banget Sar, tapi sebelumnya Daniel pernah bilang kalau aku memberinya kesempatan, dia akan berusaha untuk bisa melamarku tahun depan, namun lagi-lagi dia belum bisa berjanji… Terus kenapa?”
“Dia menjanjikan akan menikah dengan Tita bulan 6 tahun depan, dan Tita pun membuka jalan buat Daniel sekitar dua mingguan ini…”
“Oh iya?”
“Iya… maaf ya Aliya, tapi memang sebaiknya kamu tahu…”
Pantes saja dia sudah jarang menghubungiku, ternyata pancingannya untuk Tita sudah digigit. Daniel-Daniel, kamu memang damn shit man! Aku tertawa kaku sambil geleng-geleng kepala memikirkan nasibku.
“Ya, kamu gak apa-apa kan?”
“Heh?”
Ketika aku akan menjawab pertanyaan Sarah, telponku berdering. Laila.
“Sar, aku harus jemput Laila dulu ya… dia udah nunggu aku ni…”, aku bangkit buru-buru dan pamit.
“Oke! Tapi Aliya, jangan sedih ya…”
Aku melihat kearah Sarah dan tersenyum. Aku memang perih Sar, tapi bukan karena Daniel, ada hal lain…
“Emangnya aku keliatan patah hati ya? Hehe”

Hmm… miris ya? Dia memang tak apa-apa, malah dia merasa terlepas sejak saat itu. Dan dengan senyumnya yang cantik itu, si perempuan mengatakan padaku dengan bangganya,  “I gained almost 6 kilos after that, hehe…Alhamdulillah, the kilos that I had never got before. What a gift!”.

Namun yang paling menyebalkannya lagi, ketika siperempuan lagi-lagi sudah move on bersama lelaki lain, Daniel datang lagi. Dia lagi-lagi menawarkan perhatian, namun dengan cara yang lebih halus. Aku bisa menangkapnya kali ini, ketika aku dengan mata kepalaku sendiri bertemu dengan Daniel pagi itu di sebuah masjid dalam rangka menghadiri pernikahan seorang teman. Dia memulai dengan mengirimkan sms kepada si perempuan (sms itu langsung diperlihatkan padaku).

          From: Daniel
          Aliya, kamu apa kabar? Hampir setahun tak ada kabar, baru kali ini aku bisa melihat kamu lagi. You look even like an angel now, more beautiful.

Seketika, setelah membaca sms itu aku tertawa sebal. Aku bangkit setelah memakai sepatuku dan kulihat dari arah jam 12, lelaki itu tersenyum penuh arti sambil melihat penuh kasih kearah perempuan itu tepat 2 meter di depanku (si perempuan itu sedang sibuk berbicara dengan seorang temannya sambil tersenyum). Daniel melangkah pasti menuju si perempuan. Aku pun melangkah dan dalam hati aku berucap, No dude! From now on, I won’t let you break my girl again. She’s mine now. Aku genggam jemari perempuanku itu, sehingga Aliya merasa sedikit terkejut dan pipinya memerah, tersipu menatap lembut kearahku. Kulihat Daniel seperti terkejut dan berhenti dari langkah pastinya.

Kutatap Daniel dan dia membalas tatapanku dengan ekspresi sedikit perih dan bingung. Kukatakan padanya lewat mataku, I have no idea if you really love Aliya or not, the thing I know is, you love to see her breaking and with me beside her, don’t even think to do it again.

“What’s wrong mas?”, tanya Aliya lirih. Aku menunduk menatap lembut kearah mata indah itu. Tersenyum. Kamu pasti menertawakanku jika kuberitahu.
“Now that you can’t have me, you suddenly want me… Now that I’m with somebody else, you tell me you love me… I slept on your doorstep, begging for one chance… Now that I finally moved on, you say that you miss me all alone…”, kusenandungkan lagu itu ditelinganya. Aliya sedikit tersentak.
“Remember sayang?”, tanyaku.
“You thought of the lyrics while reading the text message of him, didn’t you?”
“I did…”

***

Kisah ini berawal, ketika aku dan perempuanku (istriku, Aliya) sedang membersihkan kamar. Aliya menyetel music dari laptopnya, dia memang lebih aktif ketika mendengar musik atau lantunan ayat suci dari laptopnya. Aku hanya geleng-geleng. Tak apalah, asal kamu senang dan semua tugas juga terselesaikan sayang! Awalnya semuanya biasa saja, aku juga sesekali tersenyum mendengarnya bersenandung atau sekedar mengikuti bacaan Al-Quran (karena Aliya mencampur semua mp3 dalam listnya). Sampai disalah satu lagu, suddenly she became still. She was in a minute motionless. Aku meliriknya. Dia seperti sedang memaknai setiap untaian kata-kata dalam lagu itu dan sesekali tersenyum.

Aku menepuk lembut pipinya.
“What’s wrong, pink?”
Aliya tersenyum penuh arti.
“It seems that I turn back time. Lirik lagunya seperti kisahku, mas, hehe…”
Aku pun memutar ulang lagu itu, dan kudengarkan liriknya dengan seksama.

Aku melihat kearah si pink (panggilanku untuk Aliya). Bukan tertawa seperti yang biasa kulakukan ketika aku menjailinya karena sesuatu lucu tentangnya , kali ini aku tersenyum sedikit iba dan mengusap rambutnya.
“Sayang, you don’t deserve to be hurt. I know one day he will finally be awake and realize that you are an angel”, Aliya tersenyum dan tersipu.
“And hopefully he won’t regret it, because I myself can’t give up your smile, babe”, aku menggodanya. Aliya terkekeh sambil menarik hidungku.
“Nope, of course not”, ucapnya sambil bangkit dan mulai merapikan lemari.
“Why not! You’re really a blue-eyed lady…”, ucapku tak mau terima.
“And I want it’s only for you… not for somebody else…”, ucapnya serius sambil menatapku. Aku sedikit terhenyak. Dan kata-katanya memang benar. Aliya, you’re my one and only. Perempuan baik mana yang mau keindahannya dinikmati oleh lelaki selain suaminya sendiri.
Daniel, mudah-mudahan saja kamu tidak menyesal. Karena Tuhan maha melihat apa yang kita kerjakan. Dan mudah-mudahan saja kamu tak merasa dumb, ketika kamu bertemu lagi dengan Aliya kelak. Atau jangan-jangan kamu sedang bersenandung, “When I was your man” nya Bruno Mars sekarang?? Aku terkekeh.
“What’s up, mas?”, tanya Aliya curiga ketika menyadari aku sedang melamun.
“Nothing…”
“Trus kenapa senyum-senyum gak jelas gitu? Mencurigakan!”, ucapnya sambil menyipitkan matanya tanda curiga.
“Gak ada apa-apa pink, well… pernah dengar lagu BM terbaru gak, sini aku setel…Liriknya lucu, hehe…”
Aku pun mengalihkan perhatiannya dengan menyetel sebuah lagu…
When our friends talk about you, all that it does is just tear me down…
Cause my heart breaks a little when I hear your name…
And it all just sound like… too young, too dumb to realize…
That I should have bought you flowers and held your hand…
Should have gave you all my hours when I had the chance…
Take you to every party cause all you wanted to do was dance…
Now my baby is dancing, but she’s dancing with another man…

Sebuah fenomena terkadang memang mudah terbentuk, dan itu sulit terlupakan dan hilang. Syukur jika itu sebuah fenomena yang baik, otherwise… Yaaa…mudah-mudahan saja kita hanya mengikuti fenomena yang baik dan berharap menciptakan fenomena yang baik pula. Dan mudah-mudahan saja tulisan ini menjadi pelajaran buat siapa saja. Satu hal yang pasti ini hanya fiktif belaka, jikalau ada kesamaan nama, tokoh, cerita, mohon dimaklumi karena namanya saja Fenomena, tentu saja diangkat dari kejadian nyata.