That’s a wow!! Untuk dua tulisan pertama
yang kurasa masih sangat acak-acakan, aku sudah mendapat hingga 150 kunjungan.
Perasaan biasa-biasaku ketika aku dipaksa Laila mengecek blogku kini berubah
sangat antusias. Masa siyh??
(ungkapan lebai). Dan hasilnya seharian aku mencari ide untuk tulisanku
selanjutnya, ck…ck…ck, dan hasilnya nol besar dan kosong, hihi. Bikin bête, aku
pun seperti cacing kepanasan mondar-mandir kamarku. Gak bisa dibiarin, Laila
harusnya tanggung jawab, yap…beneran, kenapa gak kepikiran sama sekali. Laila
itu sumberku yang paling qualified, dua cerita pertama itu kan hasil pengalaman
dia dan meledak kecil-kecilan di dunia blog. Malah ada yang minta episode 3
nya.
Dan sampailah pada titik ini. Haha. Yap…
anda benar sekali, kini aku sedang mengiba-ngiba (lebih tepatnya memaksa Laila
yang juga sedang asik menulis di blognya). Teganya aku (peran antagonis) adalah
ketika, aku menjadi pengganggu paling utama waktunya hari itu. Dan baiknya dia
(peran protagonis), dengan sangat sabarnya meladeni penulis kacangan yang
sedang naik daun ini.
“Aliya sayang, aku beneran gak ada ide kali
ini… hmm, beberapa hari ini belum ada siyh kejadian tentang makanya dengerin kata-kata mamak!”
“Gak mesti itu kok La, apa aja dech asal
pengalama kamu… abis kalau kamu yang ceritakan lagi jadinya asik…”, Laila
melihat lembut kearahku.
“That’s not the point lagi! Setelah itu
kamu tulis, seluruhnya itu menjadi tulisanmu dan kamu yang berhasil membuatnya
jadi asik. Ide ceritanya dariku, tapi gaya penulisannya is totally yours,
beibi!”, bisa diliat kan, betapa protagonisnya sahabatku itu…
“Hmm…but let me think, kaya’a ada satu
kisah yang mau aku bagi… ”, ucapnya sambil menepuk-nepuk dagunya dengan jari
telunjuk, dan detik selanjutnya melirikku senang. Senyumku yang sudah merekah
karena merasa senang mempunyai sahabat super duper protagonist kaya’ Laila,
kini senyum itu semakin melebar hingga memamerkan sederetan gigi-gigi yang
kurang putih milikku sendiri, hihi. Itu artinya aku senang stadium empat.
Yihaaaa….
Begini kira-kira kisahnya…
Pagi itu
aku berencana mengantarkan mamak ke gedung Darussalam, karena beliau jadi
pengawas ujian SMPTN. Pagi-pagi buta, gak ada kegiatan, membuatku malas sekali
bangkit dari bantalku apalagi dalam keadaan aku juga libur shalat. Dan yang
paling memperparah lagi, hari itu ujan (semakin membuat seluruh badan serasa
mengantuk).
“Bangun
Non! Siap-siap gih sana, mamak harus nyampe cepat ini”, ucap mamak dari pintu
kamarku. Kulirik jam di hape. It’s still 6 early in the morning.
“Lima
menit lagi ya mak!”, ucapku tidak jelas.
“Hmm…lima
menit jadinya lima belas menit. Belum lagi post-bangunnya kamu, duduk sepuluh
menit ngilangin malas, beresin tempat tidur juga sepuluh menit, cek hape lima
menit, jadinya hampir setengah jam juga. Kamu tuch kerjanya lambat banget,
mamak selesai semuanya kamu masih sikat gigi. Hei… mamak gak boleh telat ini,
belum lagi macet. Ini hari ujian SMPTN, Laila! Jalanan pasti desak-desakan”
Aku pun
bangkit dengan sedikit malas. Duduk sejenak mengumpulkan seluruh jiwaku (butuh
5 menit kali ini). Mamak geleng-geleng dan pergi meninggalkanku dengan
post-wakeup-activityku. Aroma wangi dan segar khas menggelitik hidung, kurasa
mamak sudah selesai mandi. Aku bangkit buru-buru, dan langsung membereskan
tempat tidurku. Tapi tetap saja minimal aku butuh waktu lima menit, entah apa
yang kulakukan yang jelas waktu sudah berjalan lima menit lagi. Bener saja kata
mamak, kegiatan selanjutnya pasti ngecek hape, padahal entah siapa yang akan
menguhubungi pagi-pagi buta begini. What a habit!! Ck…ck…ck.
It’s 7.30.
Dan tebak aku lagi ngapain? Hehe… masih asik menyikat gigi, sedang mamak sudah
stand by dengan rapinya di ruang santai.
“Laila,
disikat selama mungkin pun, gak bikin gigi kamu seputih awan! Kecuali kalau
dipakein Byclean!”
“Ihhh…
tega amat mak!”, ucapku geleng-geleng kepala setelah selesai membasuh mukaku.
Dan melangkah lagi ke kamar.
“Non, gak
perlu semprot parfum sana-sini. Cuma ngantarin mamak aja, ntar kamu juga pulang
lagi…”
“Siap
juragan, cuma ganti ngambil jaket en jilbab!”
Ketika aku
akan ke garasi menghidupkan mobil, sudut mataku menangkap sesuatu. Segelas
penuh milo hangat sudah tersedia di meja makan. Bundaku. Bikin haru. Jadi
nyesal, betapa enggannya aku tadi bangkit dari tidur, tapi disela-sela
ketergesaannya dan kesibukannya hari ini, dia masih sempat membuatkanku minuman
kesukaanku.
“Non,
cepetan! Udah mau jam 7 ini”, teriak mamak dari garasi. Tuch kan, aku melamun
lagi.
“Milonya
jangan lupa diminum”, sambungnya.
“Iya mak,
La hidupkan mobil dulu…”
Saat aku
selesai menghidupkan mobil dan membalikkan badan menuju dapur, dengan sangat
mengejutkan bundaku sudah berdiri dibelakangku sambil menyodori segelas milo.
“Ini,
minum dulu! Ntar kalau gak, kamu pasti lupa!”, aku terkesima, dan memang ini
bukan yang pertama seorang ibu bersikap seperti ini pada anaknya. Hanya
saja…ah, aku speechless aja!
“Hei, udah
gak usah terharu gitu… Telat mamak ntar! Melamun kamu aja hampir lima menit,
dua kali melamun jadinya sepuluh menit…”, aku terkekeh.
***
Hujan
masih sangat deras.
“La,
mending lewat jembatan Pango aja, pasti jam segini udah padat jalan utama T.
Nyak Arief…”, ucap mamak ketika kami sudah jalan.
“Ntar agak
kesulitan juga kalau lewat UK mak, jalannya agak sempit, banyak bolong lagi
dijalan kampungnya, nyita waktu juga. Sama aja”
“Hmm… kan
kita bisa lurus kearah lampineung…”
“Just the
same, I guess. Kita lewat jalan utama aja yaa…”
“Oke,
terserah kamu aja. Yang penting mamak jangan telat!”
“Beres
ma’am!”
Kulihat
persimpangan Surabaya, masih aman. Tikungan Beurawe juga masih aman dan
mudah-mudahan Jambotape juga aman. Tapi ternyata kendaraan sedikit padat di
lampu merah Jambotape, kami hampir terkena lampu merah tuk kedua kalinya. Dan melewati
simpang Jambotape, aku ingat sesuatu penting ketika kusadari semakin kedepan,
kendaraan semakin padat dan semakin melambat.
“Haduuu…”
“Kenapa?”,
tanya mamak.
“Laila
lupa, kan lagi ada perbaikan jalan di arah ini…”
“Iyaaa,
mamak kok juga bisa lupa yaa…”
“Kena
macet dah…”
Dan benar
saja, melewati RSUZA kendaraan proyek sedang melancarkan aksinya. Dan dengan
terpaksa banyak kendaraan harus melewati jalan yang sudah ditutup setengah.
Macet luar biasa, belum lagi kalau kena lampu lalulintas didepan Mesjid
Al-Makmur. Kacau.
Aku
beneran nyesal. Kini kami terjebak macet sekaligus lampu merah tepat didepan
Mesjid. Coba saja dari tadi aku
mendengar kata-kata mamak, mulai dari bangun pagi dan segala post activities,
juga masalah arah, mungkin saja… Ah, penyesalan memang selalu datang terlambat.
Kulirik jam, it’s 7.08. Kulirik bundaku. Beliau terlihat tenang dengan
handphonenya, dan mudah-mudahan luardalam tenangnya, bukan cuma kamuflase untuk
membuatku tak merasa bersalah.
And it’s
almost 10 minutes we’re stuck in traffic jam. Ketika akhirnya kami sampai, aku
sangat lega. Kuraih payung dikursi belakang dan kuberikan pada mamak.
“Here we
are”
“Sms La
kalau udah selesai ya mak!”, ucapku ketika mamak sudah siap-siap keluar.
“Siap bu
supir!”, mamak keluar. Tapi sejenak sebelum dia menutup pintu mobil,
“Besok-besok
dengerin kata mamak ya Non!”, ucapnya sambil tersenyum dan melangkah pergi.
Aku
tersenyum dalam sesalku. I’m sorry mom!
Hmm…cerita Laila kali ini sedikit membuat
haru. Aku saja sempat berulang kali tertangkap matanya sedang sendu.
Seprotagonisnya sahabatku itu, ternyata masih ada ibunya yang lebih super dan
tentu saja ibuku. Oke, pastinya semua ibu didunia ini. We love Mom,
Yeayyyyyy!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar