Firasatku bener kali ini, belum juga
aku mengungkapkan kalimat, “kita lihat saja kamu belajar dari pengalaman gak,
atau malah akan ada kata-kata makanya
dengerin kata mamak II”, si Laila langsung menuturkan cerita keduanya untuk
lagi-lagi menjadi tulisan-tulisan pertama di blogku.
Begini kisahnya seperti yang aku quote…
Haduuu…emanglah
hari ini beneran “What a day”. Jadi selesai dengan kasus penyebaran warna
illegal ke jilbab kesayanganku, ada kisah lain lagi. Namun yang ini agak
memalukan.
Aku sedang
duduk santai di beranda bersama mamak, dan kami menikmati mangga hasil dari
pohon sendiri. Setelah hampir setengah jam mengobrol santai dan selesai
menikmati buah mangga, mamak melirikku…
“Hari ini
ada kegiatan apa lagi?”
“Heh! Hmm…
gak ada siyh mak, ngajar juga udah selesai. Anak-anak udah selesai final, jadi
La dirumah aja…”
“Mending
kamu nyetrika sana, dari pada ntar numpuk lagi terus kamu bête gak jelas lagi…”
Sifat
malasku langsung mekar saat kalimat itu keluar dari mulut mamak. Muka berubah
sedikit lesu. Dan bisikan syeitan semakin kencang ditelingaku. Aku malas.
Detik
selanjutnya aku mulai mencari solusi. Ini gak bener kalau aku vakum dari
kegiatan, bisa beneran malas terus and nambah berat badan (problem anak muda jaman
sekarang, hehe). Dan sebuah ide muncul dengan sangat cemerlang, dan kurasa tak
ada yang dirugikan dengan ideku ini, hihi.
“Mak,
beneran Laila males banget nyetrika ni, gimana kalau Laila bantuin si abang
ngecat? Yaah… dia kan sibuk beberapa hari ini, dari pada cat nya kering dan
janjinya tinggal janji untuk ngecat ruang santai, mending Laila yang mulai…”
“Beneran
ni?”
“Bener mak!
Dari pada Laila gak ngerjain apa-apa…”
Semenit kemudian
aku dan mamak sudah berada diruang yang akan segera aku eksekusi alias aku cat.
Disana sudah ada dua kaleng cat warna light cappuccino.
“Memangnya
kamu bisa ngebuka kaleng cat itu?”, tanya mamak sedikit meragukanku. Aku
tersenyum. Tentu aku bisa, toh… kemarin si abang udah ngetrain aku sedikit.
Dan ketika
beberapa menit kesulitan membuak kaleng cat itu (karena aku lupa triknya,
hehe), akhirnya tutup itu lepas juga.
“Waah…
catnya kental amat ini, mesti dicampur air…”, ucapku lirih seperti pada diriku
sendiri. Sang bunda sudah sedikit repot di dapur yang memang berada disebelah
ruang itu. Aku ingat pesan abangku, kalau
agak kental campurkan dengan air sedikit aja ya, ingat sedikit aja…
Segera
kuisi air dalam gayung kira-kira 1/3 dari isi seluruhnya, dan kutuangkan
sedikit kedalam kaleng cat yang sekitar 1 cm penuh dengan cat light cappuccino
itu. Hanya sedikit air dan kuaduk kembali cat itu. Ketika kucoba mengecat,
kuasnya agak sedikit berat kugerakkan karena catnya masih sangat kental
saudara-saudara.
“Non, itu
air dalam gayung dituang aja semuanya kedalam kaleng cat itu, itu masih kental
amat…”, ucap mamak yang sudah berdiri disampingku.
“Gak bisa
mak! Ntar kecairan, bisa berabe…”
“Itu masih
kental amat, kamu juga bakalan susah ngecatnya… mamak liat si abang nuangin air
malah sampai diujung kaleng ini…”
“Laila gak
berani mak, ntar kalau salah malah kena semprot abang…”
“Ih…dibilangin
juga…”
Tanpa ingin
membuat mamakku kecewa kali ini, kutuangkan lagi sedikit air, namun lagi-lagi
aku masih kesulitan menggerakkan kuasku. Ketika aku akan menuangkan tetes air
selanjutnya, mamak sudah merebut gayung itu. Dengan wajah gemasnya, bundaku itu
dengan cepat menuangkan tiga kali lipat dari jumlah air yang aku tuangkan. Aku
sedikit berteriak.
“Ih…mak,
ntar kalau kecairan gimana?”
“Kagak!
Coba diaduk dulu… Tuch kan, udah mendingan… hmm, malah seharusnya ditambah
lagi…”
“No…no…no!”,
ucapku sambil memindahkan gayung air yang sudah akan diraih ibuku lagi. Eh,
malah si bunda ketawa sambil geleng-geleng kepala dan ngeloyor pergi.
Menit
selanjutnya, setelah beberapa kali mengecat, aku merasa catnya masih agak
kental. Aku celingak-celinguk melihat mamak, merasa aman kutuangkan sedikit
lagi air. Kejadian itu terus berulang ketika beberapa kali aku mengecat, catnya
masih sangat kental. Dan saat kesekian kalinya aku masih merasa cat itu masih
saja sangat kental, aku merasa heran. Aneh. Dari tadi, gak sesuai-sesuai ini
cat. Masih kental aje. Kulirik kedalam gayung, dan masih ada sedikit air,
kuraih gayung itu dan dengan sedikit kesal kutuang semua sisa air itu…
“Makanya
besok-besok dengerin kata mamak ya Laila!”, ucap mamak dan mengejutkanku. Aku
tersipu malu, kuaduk cat itu tak menoleh sama sekali.
“Habis juga
kan air dalam gayung itu…”, aku tetap menunduk sambil tersenyum malu, hehe.
Dan yang
paling ajaibnya, catnya jadi normal setelah sisa air dalam gayung itu aku
campurkan. And the truth is mom’s words are truly magical.
Hehe, kali ini gak ada excuse buat
Laila untuk menyerangku dengan cubitannya yang super duper ganas itu. Toh,
emang ceritanya konyol. Dan lihat saja, akan ada lagi makanya denger kata-kata mamak III, hihi. To be continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar