Rabu, 26 Juni 2013

Makanya dengerin kata-kata mamak II



Firasatku bener kali ini, belum juga aku mengungkapkan kalimat, “kita lihat saja kamu belajar dari pengalaman gak, atau malah akan ada kata-kata makanya dengerin kata mamak II”, si Laila langsung menuturkan cerita keduanya untuk lagi-lagi menjadi tulisan-tulisan pertama di blogku.

Begini kisahnya seperti yang aku quote…

Haduuu…emanglah hari ini beneran “What a day”. Jadi selesai dengan kasus penyebaran warna illegal ke jilbab kesayanganku, ada kisah lain lagi. Namun yang ini agak memalukan.

Aku sedang duduk santai di beranda bersama mamak, dan kami menikmati mangga hasil dari pohon sendiri. Setelah hampir setengah jam mengobrol santai dan selesai menikmati buah mangga, mamak melirikku…
“Hari ini ada kegiatan apa lagi?”
“Heh! Hmm… gak ada siyh mak, ngajar juga udah selesai. Anak-anak udah selesai final, jadi La dirumah aja…”
“Mending kamu nyetrika sana, dari pada ntar numpuk lagi terus kamu bête gak jelas lagi…”
Sifat malasku langsung mekar saat kalimat itu keluar dari mulut mamak. Muka berubah sedikit lesu. Dan bisikan syeitan semakin kencang ditelingaku. Aku malas.
Detik selanjutnya aku mulai mencari solusi. Ini gak bener kalau aku vakum dari kegiatan, bisa beneran malas terus and nambah berat badan (problem anak muda jaman sekarang, hehe). Dan sebuah ide muncul dengan sangat cemerlang, dan kurasa tak ada yang dirugikan dengan ideku ini, hihi.
“Mak, beneran Laila males banget nyetrika ni, gimana kalau Laila bantuin si abang ngecat? Yaah… dia kan sibuk beberapa hari ini, dari pada cat nya kering dan janjinya tinggal janji untuk ngecat ruang santai, mending Laila yang mulai…”
“Beneran ni?”
“Bener mak! Dari pada Laila gak ngerjain apa-apa…”


Semenit kemudian aku dan mamak sudah berada diruang yang akan segera aku eksekusi alias aku cat. Disana sudah ada dua kaleng cat warna light cappuccino.
“Memangnya kamu bisa ngebuka kaleng cat itu?”, tanya mamak sedikit meragukanku. Aku tersenyum. Tentu aku bisa, toh… kemarin si abang udah ngetrain aku sedikit.

Dan ketika beberapa menit kesulitan membuak kaleng cat itu (karena aku lupa triknya, hehe), akhirnya tutup itu lepas juga.

“Waah… catnya kental amat ini, mesti dicampur air…”, ucapku lirih seperti pada diriku sendiri. Sang bunda sudah sedikit repot di dapur yang memang berada disebelah ruang itu. Aku ingat pesan abangku, kalau agak kental campurkan dengan air sedikit aja ya, ingat sedikit aja…
Segera kuisi air dalam gayung kira-kira 1/3 dari isi seluruhnya, dan kutuangkan sedikit kedalam kaleng cat yang sekitar 1 cm penuh dengan cat light cappuccino itu. Hanya sedikit air dan kuaduk kembali cat itu. Ketika kucoba mengecat, kuasnya agak sedikit berat kugerakkan karena catnya masih sangat kental saudara-saudara.

“Non, itu air dalam gayung dituang aja semuanya kedalam kaleng cat itu, itu masih kental amat…”, ucap mamak yang sudah berdiri disampingku.
“Gak bisa mak! Ntar kecairan, bisa berabe…”
“Itu masih kental amat, kamu juga bakalan susah ngecatnya… mamak liat si abang nuangin air malah sampai diujung kaleng ini…”
“Laila gak berani mak, ntar kalau salah malah kena semprot abang…”
“Ih…dibilangin juga…”
Tanpa ingin membuat mamakku kecewa kali ini, kutuangkan lagi sedikit air, namun lagi-lagi aku masih kesulitan menggerakkan kuasku. Ketika aku akan menuangkan tetes air selanjutnya, mamak sudah merebut gayung itu. Dengan wajah gemasnya, bundaku itu dengan cepat menuangkan tiga kali lipat dari jumlah air yang aku tuangkan. Aku sedikit berteriak.
“Ih…mak, ntar kalau kecairan gimana?”
“Kagak! Coba diaduk dulu… Tuch kan, udah mendingan… hmm, malah seharusnya ditambah lagi…”
“No…no…no!”, ucapku sambil memindahkan gayung air yang sudah akan diraih ibuku lagi. Eh, malah si bunda ketawa sambil geleng-geleng kepala dan ngeloyor pergi.

Menit selanjutnya, setelah beberapa kali mengecat, aku merasa catnya masih agak kental. Aku celingak-celinguk melihat mamak, merasa aman kutuangkan sedikit lagi air. Kejadian itu terus berulang ketika beberapa kali aku mengecat, catnya masih sangat kental. Dan saat kesekian kalinya aku masih merasa cat itu masih saja sangat kental, aku merasa heran. Aneh. Dari tadi, gak sesuai-sesuai ini cat. Masih kental aje. Kulirik kedalam gayung, dan masih ada sedikit air, kuraih gayung itu dan dengan sedikit kesal kutuang semua sisa air itu…

“Makanya besok-besok dengerin kata mamak ya Laila!”, ucap mamak dan mengejutkanku. Aku tersipu malu, kuaduk cat itu tak menoleh sama sekali.
“Habis juga kan air dalam gayung itu…”, aku tetap menunduk sambil tersenyum malu, hehe.

Dan yang paling ajaibnya, catnya jadi normal setelah sisa air dalam gayung itu aku campurkan. And the truth is mom’s words are truly magical.



Hehe, kali ini gak ada excuse buat Laila untuk menyerangku dengan cubitannya yang super duper ganas itu. Toh, emang ceritanya konyol. Dan lihat saja, akan ada lagi makanya denger kata-kata mamak III, hihi. To be continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar