Senin, 26 September 2011

Buah kesabaran itu selalu manis...

Berbicara kesabaran, terlalu banyak kisah nyata yang manis pasti akan terucap...Tapi ada satu kisah yang menarik untuk kubagi biar menjadi pelajaran hidup bagiku dan kita semua. Ini kisah seorang sahabatku, mudah-mudahan dia tak keberatan jika kisahnya kubagi disini.Yang kuketahui, keduanya mulai tertarik sudah lama. Tapi rasa itu ternyata diabaikan atau sengaja di acuhkan hingga beberapa lama. Beberapa orang lain mulai datang dalam kehidupan mereka masing-masing. Sampai sutau ketika di masa itu, rasa itu mulai menjadi perhatian keduanya. Seolah gayung pun bersambut, Allah membuka jalan keduanya untuk saling mengungkapkan. Hari-hari pun terjalani, tapi inilah kehidupan tak ada yang mulus disana (seperti kata agnes "Life is never flat"). Hubungan keduanya terbentur ketidakcocokan. Tapi iitu semua bisa dilewati karena mereka percaya kekuatan rasa yang mereka miliki. Masalah rupanya belum mau meninggalkan keduanya. Disaat ketidakcocokan bisa dihadapi, sekarang mereka harus menghadapi restu orang tua dan lingkungan keduanya. Kenapa ini mesti terjadi? Karena usia perempuan bukan lagi usia memadu kasih ala remaja. Mungkin bagi si lelaki usia bukan masalah, tapi it is not for her and Aku juga setuju dengan sahabatku itu. Namun keduanya tetap berusaha membuktikan jalinan rasa antara keduanya. Tantangan awal adalah dari sebagian lingkungan si perempuan yang sulit menerima pasangannya. Tapi itu bukan masalah besar, yang paling menguras pikiran adalah restu orang tua. Mereka mulai memperkenalkan pasangan ke kedua orangtua masing-masing. Tanggapan yang datang dari kedua belah pihak pun beragam. Yang tertangkap memoriku yang sedikit lemah ini adalah kedua belah pihak orang tua berat mengizinkan hubungan keduanya. Namun yang paling penting untuk saat itu, mereka sudah berusaha dan mereka berdua tetap yakin bahwa, "Kita pasti bisa". AKu pun tak mendengar kabar apa-apa lagi setelah itu.

Suatu ketika dibulan itu (lupa bulan berapa, hiks), sahabatku menelpon. Dia menangis tersedu. Teriris rasanya mendengar tangisannya. Awalnya tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Aku pun membiarkannya terus menangis sampai akhirnya dia mulai bercerita alasan dia terisak. Seseorang telah datang dengan niat mulia untuknya (hal yang selama ini dia takutkan terjadi). Yang membuatnya sedih tak terkira adalah, tak ada alasan (selain alasan kalau dia sudah punya yang lain)untuk bisa menolak seseorang itu. Setelah kutanya alasannya kenapa tak ada alasan akhirnya kutahu jika seseorang itu memang kriteria calon pendamping dan menantu yang baik (banyak hal yang dia sampaikan, dan mungkin itu relatif bagi yang membaca tapi secara umum semuanya pasti setuju). Dan yang paling membuatnya teriris adalah kedua orang tuanya sudah sangat setuju dan memintanya segera memberi jawaban (dengan ini, sudah pasti dia juga harus memutuskan hubungan dengan pasangannya). Dan itu pun terjadi, dengan terisak dia pun bercerita jika hubungannya telah usai dan yang paling membuatnya sakit adalah akhir kisah mereka usai dengan tidak baik-baik (mungkin lelaki itu menudingnya tak berusaha mempertahankannya).
Masih berurai air mata, dia bercerita tentang "seseorang" itu. Aku pun bertanya, "Sudah istikharah belum?". Dia menjawab sudah tapi belum ada jawaban karena tiap malam yang diingatnya cuma "lelaki" itu. Berusaha tidak mengajari, aku memberi sedikit masukan agar dia mulai menetralkan hati (Aku tau itu pasti akan sulit sekali), tapi tetap berusaha meminta petunjuk, Allah pasti membuka tabir itu.

Masa pertunangan pun terlewati. Beberapa kali bertemu, tak kulihat cincin itu melingkar jari manisnya. Dengan yakin dia menjawab, "Rasanya belum pantas memakai cincin pemberian itu, kalau hati belum ikhlas. InsyaAllah", dan aku mengaminkan dihati. Dia pun mulai menyibukkan diri. Dia perempuan yang cerdas. Pekerjaan mungkin bisa sedikit membantunya.

Beberapa masa terlewati. Ku telusuri sahabatku itu dengan melihat gambar-gambarnya online (through FB). Dia berubah, makin cantik. Aku bahagia, melihat senyum-senyum itu di setiap gambarnya.Lama tak terdengar kabarnya. Hari itu sepucuk undangan pernikahan elektrik masuk ke cellphoneku dan surprising me a lot (biasanya santai saja menerima undangan nikah, paling senyum-senyum mengingat sendiri kapan, heheheee). And it's the invitation for a wedding ceremony from "her". With whom finally? Of course with her fiancee. Berselang 15 detik sms lain masuk, "Umy, I'll call you soon". Dan sms itu yang makin membuatku shock dan sepanjang detik kulewati dengan gundah. Berbagai pertanyaan mulai muncul, pikiran negatif datang. Apa dia belum bisa ikhlas? Aku mulai gelisah, sedang hari suci itu berselang cuma hitungan jam. Aku mulai mengucap doa agar diberi kabar gembira. Salah satu sahabat lain setelah kucerita berkata, "Be positive umy, belum tentu ini seperti yang kita khawatirkan. Let her speak, jangan sampai dia yang harus menenangkanmu terlebih dahulu." Huhuuu, bisa dikira berapa gelisah aku hari itu, seolah aku yang bermasalah.
Ringtone "Lucky by Britney Spears" pun berbunyi dari cellphone ku and that's her. Bismillahirrahmanirrahim. Rasa syukurku pun terucap dihati ketika mendengar suaranya jauh dari kesan pilu. Setelah sedikit basa-basi, aku pun tak tahan menanyakan semua yang berkecamuk dihati.
"Sudah gak apa-apa, kan??", pertanyaan yang betul-betul tidak jelas. Namun dia langsung mengerti. Tak terhingga rasa syukur ku hanturkan karena kabar yang ku dapat begitu membahagiakan. Begini ucapannya...
"Everything is really fine... Rasanya begitu tak pantas membekukan hati kalau lelaki itu begitu sabar.. I am with him right now, we just had Bimbingan Nikah ", katanya dengan penuh bahagia.
AllahuAkbar. Allah punya andil membolakbalik kan hati kita. Dan cara Allah buat kisah sahabatku ini adalah dengan "Kesabaran". Begitu indah kisah yang terukir jika kita melibatkan Kesabaran. Sanagt manis buah yang kita rasa jika kita sabar. I've learnt so many things.Mudah-mudahan kisah ini memberi inspirasi. Thanks for my friend, and congratulation for the wedding. Happy for you guys ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar