Kisah ini terukir begitu saja di dalam note ku. Ada seorang menginspirasinya, namun cuma inspirasi bukan keseluruhan kisah ini tentangnya. Ada keinginan kuat mengukir kisahnya disini, tapi kisahnya masih terlalu banyak tanda tanya dan aku ketakutan, akibat note ku ini, sebuah rahasia terurai.
Dia bukan perempuan biasa-biasa saja. Dia seorang yang punya keinginan luar biasa mencapai cita-citanya walaupun kegagalan begitu senang menghampirinya. Tapi dia malah bertambah semangat membuktikan pada kegagalan kalo mereka salah memilihnya terus untuk dihinggapi.
"You are not recommended for this scholarship...
"Entah udah berapa surat yang menyatakan itu sudah dia terima (dengan katanya yang berbeda, tapi tetap artinya sama, kamu gak berhak dapat beasiswa ini, hehehe).Sebenarnya dia seorang perempuan yang cerdas, sangat malah. Tapi mungkin keberuntungan masih malas menyapa. Allah masih meluruskan niatnya yang paling tepat. Selain cerdas, dia juga punya jiwa kemandirian yang besar.
Mencari kesibukan dengan bekerja menjadi salah satu caranya melupakan kegagalannya yang menyakitkan dan mulai membuka diri untuk kesempatan yang lain. Disaat kedua sahabatnya telah menapaki kuliah Masternya di LN, dia masih jatuh bangun mendapatkan kesempatan emas itu.Dan suasana pekerjaan yang menyenangkan membuatnya menikmati saat-saat menunggu berkah Tuhan akan jawaban doanya melanjutkan study. Disana dia juga bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Maghfirah yang perfeksionis namun selalu manis dalam segala hal, Nabila yang lembut namun tegas dalam segala keputusan, Fadil yang jayus namun selalu serius dalam bekerja, dan beberapa orang yang luar biasa lainnya. Upps, satu yang belum kusebutkan, yang pasti orang ini akan menjadikan cerita ini lebih berwarna. Lelaki inijuga cuma manusia biasa, tapi dia punya kelakuan yang baik sama seperti arti namanya, terlihat dia berusaha sekali berbuat yang yang terbaik untuk hidupnya di dunia dan kelak nanti di akhirat. Lelaki itu bernama Aulia. Kita tinggalkan kisah Aulia sementara.
Semua yang mengenalnya melihat dan mengerti, kejatuhannya yang sangat besar adalah ketika kedua sahabat seperjuangannya dinyatakan lulus di beasisaw yang sama-sama mereka ikuti. Tapi dia tak berlama-lama dengan keterpurukan, dia berdiri tegak dan mulai membuktikan bahwa dia juga berhak dan akhirnya penantian selama beberapa kegagalan itu berbuah sangat manis dengan menjadikannya salah satu kandidat beasiswa salah satu beasiswa bergengsi ke negeri 4 musim yang syahdu, yang terkesan kuno tapi modern, Eropa.
Tapi dia bukan seorang dewi... dia hanya seorang perempuan biasa yang juga punya hati selembut sutra. Dia terkadang sakit saat dia dihina dan di lecehkan, dia kecewa saat gagal, jenuh saat bosan melanda... Dan dia juga bisa jatuh cinta saat hatinya berkata sudah siap merasa deg-degan saat ada "dia". Tapi kenapa disaat hatinya sudah siap akan hal itu, malah saat itu tidak seindah keinginannya. Kenapa hatinya memilih lelaki itu? Kenapa Aulia? Tapi pertanyaan selanjutnya, Apa salah kalau hati memilih lelaki yang sempurna dimatanya itu? Salah..itu salah menurut logikanya karena terlalu banyak perbedaan antara mereka dan segala ending yang bahagia akan sulit tertulis dalam sebuah skenario cinta.. Hanya gara-gara logikanya itu, dia lupa bahwa ada Allah yang lebih berkuasa atas segala sesuatu...
Kontrak kerja pun berakhir dan itu berarti berakhir pula waktu-waktu bersama dengan Aulia. Segenap syukur terucap dalam hatinya. Dia merasa ini saat yang tepat untuk melangkah pergi dari rasa yang menurutnya tidak pantas ini. Beberapa tahun berlalu sejak itu, dia berusaha menutup diri, menjaga jarak sampai suatu hari seorang teman lamanya menelpon dan mengajak bertemu. Dan rupanya itu reuni teman-teman kerja dulu. Dia tahu ini berarti dia harus bertemu dengan Aulia di saat dia masih menyangsikan kekuatan hatinya, tapi jauh dari itu dia hanya kangen teman-temannya, kangen Nabila yang sudah di anggap adiknya sendiri.
Akhirnya hari itu datang juga, satu persatu mereka datang. Begitu bahagianya ketika Nabila datang, dia memeluk gadis cantik itu. Percakapan santai pun terjadi, sekedar menanyakan kabar dan kegiatan sekarang saat salah seorang teman lainnya mengungkapkan keinginannya mencomblangi Nabila dan Aulia. "Deg", tak bisa dipungkiri ada rasa terkejut yang sangat mendengar itu. Dia melihat sekilas wajah Nabila yang saat itu bersemu merahyang tak lama dia tahu bahwa gadis cantik itu telah lama memendam rasa pada Aulia yaitu sejak mereka di bangku sekolah. Aulia kebetulan adalah senior Nabila dan perasaan itu sudah ada sejak 8 tahun yang lalu. Dia berpikir lamanya dia memendam rasa tidak ada apa-apanya dibanding cinta Nabila. Tapi satu sisi hatinya yang lain bertanya, kenapa harus Nabila Ya Tuhan?? Saat dia sibuk dengan pertanyaan di otaknya, si aktor lelaki pun datang. Dia terluka mengetahui bahwa perjuangan yang selama 2 tahun ini dia lakukan sia-sia belaka hanya oleh satu tatapan mata teduh itu. Memalingkan wajahnya malah membuatnya semakin terluka melihat wajah merona Nabila menyambut sang pangeran hatinya datang. Dan itu lah Aulia, dia biasa saja. Sementara sekarang kemauannya semakin besar untuk membunuh rasa itu.
Beberapa saat berlalu sejak saat itu, usianya pun sekarang bertambah. 26 bukanlah angka yang besar bagi lelaki, tapi baginya seorang perempuan, 26 adalah angka yang melewati angka sensitif, tapi bukan berarti itu berita gembira. Orang tua sudah mulai diam seribu bahasa masalah pernikahan. Di saat seperti ini, rasanya mulai gelisah. Tinggal hitungan minggu, dia akan menaiki burung besi dan menuju Eropa. Satu sisi, doanya sudah terkabul..akhirnya dia akan pergi mengejar cita-cita, dia juga bisa mulai menata hati. Tapi tak dipungkiri, keinginan melengkapkan setengah ibadah juga menjadi pikiran utamanya. Tapi dia tak mungkin memaksa takdir Allah. Banyak orang berkata, dia terlalu memilih, padahal apa yang harus dipilih kalau memang tak ada pilihan. Dia buka cleopatra yang di kejar-kejar lelaki. Kata orang jangan terlau banyak kriteria, padahal dia hanya perempuan biasa yang mengharap lelaki biasa-biasa saja tapi punya cinta yang luar biasa.. Mungkin para lelaki itu takut mendekatinya hanya karena alasan-alasan diatas. Ah, sudahlah! pikirnya. Toh, mencari jodoh tidak seperti kita membeli kacang goreng, dimana pun dapat.
Menjelang keberangkatannya, seseorang datang ke rumah mengabari sesuatu. Ada seorang lelaki mempunyai niat mulia mempersuntingnya. Ada hal yang membuatnya gelisah, apa dia harus menolak lagi hanya karena dia belum bisa menghapus goresan nama Aulia di hatinya atau dia harus mencoba? Tapi hanya hitungan hari, dia harus pergi jauh. Apa mungkin memberi kesempatan di saat dia sendiri harus melangkah pergi? Namun orang tua tidak lagi memaksa, mereka hanya menyarankan agar dia melibatkan Allah dalam hal ini. Dua malam berturut-turut dia melakukan istikharah, belum ada jawabannya. Tapi di hari ketiga, saat seseorang itu datang menemuinya, ada seberkas rasa sejuk merasuk dihatinya. Rasa itu tak sama seperti rasanya kepada Aulia. Rasa itu juga belum mampu menghapus rasanya kepada Aulia. Tapi rasa itu ada. Itu yang menurutnya sebagai jawaban dan itu penting.
Dan ini lah dia didalam pesawat menuju negara tujuan dengan sebuah cincin melingkar dijari manisnya.Ah, aku sudah bertunangan, cincin ini buktinya. Hatinya tetap menyangsikan tapi dia berusaha.
Hitungan minggu pun berlalu di Oslo, Norwegia. Musim dingin pun melanda, udara sejuk pun menyelimuti hati perempuan itu. Di tengah kesibukannya mengerjakan tugas kampusnya, tiba seberkas rasa terlintas dihatinya. Dia rindu. Dia ingat lelaki itu. Bukan tunangannya, tapi lelaki itu. Aulia. Dia ketikkan nama itu dan melihat profilnya. Namun setelahnya dia merasa berdoa. Merindui lelaki yang berstatus tunangannya saja yang belum apa-apa akan sangat berdoa apalagi seorang laki-laki yang bukan siapa-siapa. Kemurungan musim dingin pun semakin merasuk. Dia terisak menyalahkan hatinya yang begitu teganya membekukan nama itu. Tiba-tiba ada sebuah sms masuk ke cellphonenya...
"Assalamualaikum... Nia apa kabar? Mudah-mudahan selalu dalam lindungan Allah SWT di negeri orang. To the point saja, saya sudah sekian lama memikirkan ini dan meminta petunjuk Allah. Saya meminta nomor Nia dari Nabila dan saya berniat mengenal Nia lebih dekat untuk sesuatu hubungan yang suci. Saya sekarang berada tak jauh dari Nia, saya di Lorraine Perancis. Mohon jawabannya. Terima kasih. Aulia Fikri.
Dan sms bukan membuatnya bahagia, namun makin terisak. Apa salahku Allah?? Kenapa harus sekarang??.
Dan butir-butir salju di kota Oslo menjadi saksi kepiluan hati perempuan itu...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar