Minggu, 18 September 2011

Better In Time 6 - Yang Ketiga itu Nafsu, Mr.Adam



“Ngapain kesini, pak?”, ucap wanita itu dari balik pintu apartemennya.

Hah? Itu tanggapannya melihat aku? Apa memang dosa kalau aku mengunjunginya.

Ada sebersit rasa menyesal telah menginjakkan kaki ke apartement itu. Yang dia mengerti, tadi hanya rindu masakan indonesia. Dan ingat Annisa dan tak dipungkiri dia juga rindu wanita itu yang sebenarnya baru berpisah semalam dibandara. Jadi why not kalau mereka makan bareng. Dan lebih romantis lagi, ide gila masak bareng jadi agenda utama. Dan dia di depan unit Annisa dengan menenteng seplastik penuh bahan makanan sekarang. Prihatinnya lagi, wanita itu seperti ogah menerimanya.

Adam aneh! Ngapain juga mesti melempar diri ke kubangan lumpur, alias memalukan! Hmm..tidak! dia tidak pantas di tolak. Usaha, dam!

“Hmm..jadi kamu biasa nerima tamu begini?”, Nisa mengangguk pasti. Cewek aneh!

“Diluar?”, tanyanya lagi.

“He-eh pak! Apalagi tamunya lelaki yang gak da hubungan darah dengan saya, lebih lagi kalau tujuannya belum jelas!”, jeddaaarr!! Serasa di timpuk bantal berisi batu bata. Adam terseyum penuh arti.

“Tapi tujuan saya pasti kok!”, ucapnya lagi. Annisa tampak berpikir keras.

“Hmm...tapi tetap enggak bisa pak! Dalam islam, dua orang yang tidak punya hubungan darah dilarang berdua-duaan. Kalau dua orang berlainan jenis berdua-duaan di suatu tempat, yang ketiganya pasti syeitan. Dan itu akhirnya malah membuat keduanya berbuat dosa, mesum misalnya”, jelas Nisa panjang lebar.

Adam cuma tersenyum.
“Gimana kalau saya janji gak akan macam-macam!”

“Tapi syeitan gak janji gak akan macam-macam kan?”, ucap Nisa mencari pembelaan.

“Tapi saya enggak nafsu kok sama kamu, jangan ge er dech! Jadi syeitan pun akan sulit ngebujuk saya!”, Adam merasa dia akan menang. Ayoo, keluarkan jurus kamu lagi! Kali ini pasti aku menang argument. Nisa tersenyum. 
“Ehem..!”, Nisa menunduk. Ih..susah bener dibilangin siyh! Aku gak takut sama kamu, Adam!

“Trus gimana kalau saya yang nafsu sama bapak? Apa bapak masih yakin bisa nolak saya?,” Bantal kedua berisi batu bata terasa menimpuk wajah Adam.

Ada jeda sejenak. Adam terkekeh. Yah, kalau itu siyh gak bisa janji!
“Nah, kan diam! Gini lho pak, yang biasa-biasa aja gak ada perasaan suka satu sama lain aja bisa ngelakuin macam-macam saat berdua, konon..hmm..ini ada..hmm..rasa..,” di akhir kalimatnya, Nisa mulai mengecilkan volume suaranya seolah dia berbicara sendiri.

Adam terpana.

Wait-wait. Tadi dia bilang...

“Pardon!”, ucap Adam.

“Hah??”, Nisa mulai salah tingkah.

“What did you say?”

“I..ini..hmm..pokoknya gak boleh dua-duaan dech pak! Bisa bahaya!,” ucap Nisa sekenanya.

“Enggak, bukan yang itu. Setelahnya kamu bilang apa?”, Adam mulai memaksa. Duuch, tadi aku ngomong apa siyh?? Ni orang pun, gak ngerti-ngerti. Bukan pergi sana. Nisa memasang wajah innocentnya.

“Gini dech Mr.Adam yang terhormat. Intinya agama saya gak ngebolehin dan saya pun kurang berkenan. Saya sangat yakin semua agama punya ketentuan yang sama. Udah malam ini pak, pulang aja gih!,” Adam, pergi menjauh dari sini. Aku takut pada diriku sendiri kalau kamu lama-lama disini, pintu ini akan terbuka lebar untukmu.

Adam merasa tidak akan ada celah baginya. Yaah, nisa. Sesusah itu ngomong sekali lagi yaa?? Pakai ngusir lagi. Iya-iya, aku pulang.

“Kamu beneran nyuruh saya pulang? Gak nyesel kan?”, ucap Adam sambil tersenyum nakal. Wanita di balik pintu itu memerah mukanya. 
Good night, Pak!,” tanpa merespon pertanyaan itu, Nisa sudah akan menutup pintu apartementnya, ketika Adam..

“Oke-oke..wait-wait. Ini saya tadi singgah ke supermarket beli bahan masakan indonesia. Karena sebenarnya malam ini rindu masakan indonesia dan saya pikir bisa minta tolong kamu masakin buat saya..., hehehee,” ucapnya. Annisa terpana. Sedikit merasa bersalah.

“Ini...disimpan aja. Entah apa yang sudah saya beli. Cuma perkiraan aja. Hmm..ya sudah, pamit yaa!”, Adam menyerahkan bungkusan itu. Melangkah pergi. Dua langkah, berbalik arah..

“Annisa..!”

“Iya, saya pak!”

“Hmm..met tidur kekasih, good night. Hmm.. see you!”, ucapnya kaku dan melangkah pergi.

“Iyya Adam! Hati-hati. Tell me when you are home!”, ucapnya lirih seolah berbicara sendiri, sedang yang dituju sudah melangkah jauh dan sudah pasti tak mendengar ucapan itu.

 ***

Hmm..ternyata kepingin masakan indonesia. Kamu belanja makanan? Jadi penasaran, kamu bisa beli apa siyh, Mr. Adam yang terhormat.
Wanita itu mulai membongkar isi bungkusan itu dan terpana. Lalu tersenyum.

Pasta. Smoked beef. Olive Oil. Keju. Tentang masakan apa di indonesia berhubungan dengan pasta dan smoked beef dan keju?

Tiba-tiba suara petir. Hujan. Adam udah sampai belum yaa??
Dia melangkah melihat keluar jendela. Hujan deras.


Adam melangkah santai menuju rumahnya. Usahanya gagal makan masakan indonesia malam ini, terutama misi utamanya juga terpaksa gagal. Dia tersenyum.

Belum mengantuk. Kamu lagi ngapain siyh, nisa? Udah tidur belum yaa?? Oia, aku belum memberitahumu kalau aku sudah sampai. Hmm..wait-wait, enggak. Dia juga gak minta kan diberitahu.

Jeda sejenak. Menggenggam handphone. Yang bersangkutan tak menyadari, bahwa satu message telah terkirim ke nomor yang diharapkan.

[Watching movie at home and missing Indonesian cuisine, Good night Kekasih.]

Pesan itu bukan menyatakan keberadaannya dirumah tapi sudah cukup jelas menggambarkan dimana dia berada.
Di scene itu, sepasang muda-mudi berjalan tergesa memasuki sebuah mobil. Sementara hujan deras diluar sana. Awalnya tertawa cekikikan menertawakan diri mereka yang basah kuyup. Namun, akhirnya jeda melanda dan itu artinya ada yang lain yang berperan penting disana. Kawan di alam lain. Diam. Tak ada kata. Saling salah tingkah. Curi-curi pandang. Dan ketika pandangan beradu, itu lah klimaksnya. Awalnya sebatas ciuman. Kemudian...


Adam tersenyum. Bukan karena dia menikmati adegan itu, tapi karena dia teringat scenenya bersama Annisa beberapa saat lalu. Jika saja dia diizinkan masuk. Mulai basa-basi. Mulai memasak. Dan hujan. Suara petir. Annisa ketakutan menggenggam lengannya. Dan...
 Ah..

Adam kembali tersenyum. Wanita itu begitu memuja agamanya. Menjaga tingkahnya sesuai apa yang digariskan agama islam. Adam tahu semua telah digariskan dalam kitab itu. Al-qur’an. Toh, ibunya juga pernah mengingatkannya saat dia remaja dulu tentang sebuah ayat dalam kitab itu tentang betapa islam melarang mendekati perbuatan zina. Tapi, dia juga teringat kisah sahabatnya Kevin. Agama islam. Anak seorang pemuka agama. Tapi pemahaman tentang agamanya? Nol. Akibat berdua-duaan dengan adik pacarnya, akhirnya melakukan hal tak senonoh itu. Awalnya dia mengira, pasti akan jarang sekali orang islam yang mau tahu tentang itu. Bahkan, rekan-rekannya di dunia hiburan dulu, mengaku islam tapi hal-hal begini sudah menjadi persoalan yang akan tabu malah jika tak dilakukan.Annisa. Satu pelajaran lagi dari wanita itu. Wanita yang hatinya rasa tepat untuk dipilih sebagai soulmate.

 Tak sabar menunggu pagi... lebih tepatnya tak sabar bertemu denganmu lagi, Annisa. 

***

“Aku bawa makanan ni. Lumayan banyak, jangan pada makan di luar yaa…”

“Wow! Banyak banget! Mau kondangan Non Nisa?”, Tanya Nino takjub. Annisa tersenyum tipis. Gara-gara Adam niyh! Mau dimasakin untuknya sendiri, udah pasti gak mungkin, kawan-kawan juga pasti rindu masakan Indonesia.

Tiba-tiba lelaki itu masuk. Tak menyapa siapa-siapa karena memang sedang sibuk dengan hpnya. Annisa yang sedari tadi memasang senyum manis hanya bisa berakhir bodoh. Agak menyesal menghabiskan waktu memasak untukmu, Pak Bos! Huh! Tapi penyesalan itu tak berlangsung lama, karena si Bos yang sudah membuka pintu ruangannya berbalik dan memandang tepat kearahnya. Kearah Annisa. Tersenyum sangat indah. Tega memang! Hanya dengan senyuman itu kau buat kekesalanku runtuh.

Reni masuk keruangannya membawa laporan keuangan. Reni selesai dengan laporannya.

“Pak, ada janji makan siang hari ini?”, Adam mendongak sedikit terkejut.

“Belum ada, kamu gak niat ngajak saya makan siang bareng kan?”, Reni tertawa.

“Rencana begitu Pak!”, kali ini Adam benar-benar terpana.

“Kita makan bareng di kantor. Annisa masakin makanan Indonesia, banyak! jadi bisa makan sekantor!”, muka serius Adam melembut dan tersenyum.

“Oke!”. Annisa masakin makanan Indonesia. Wah…kekasih, kamu memang luar biasa!

***

Mereka sudah menyiapkan hidangan. Annisa menghabiskan waktunya memasak masakan Aceh. Roti jala dan kari ayam dalam porsi yang sangat besar. Bakwan jagung. Salad Minuman segar Scopior dengan santan seadanya dari supermarket.  Nasi sudah dimasak di pantry kantor. Roti sudah dibeli dan beberapa buah segar. Semuanya sempurna. Mereka sudah mulai ileran namun Bos belum juga keluar dari ruangnya. Ada dua orang kolega datang, sepertinya berbau fotografer juga.

Dan pintu itu pun terbuka dan Adam mempersilahkan kedua orang tamunya itu untuk ikut makan bersama, dan mereka dengan senang hati bersedia (ya iyalah, makan gratis).
Adam terpana melihat jumlah masakan yang terhidang.

“Kamu masak ini semalam sendiri?”, Annisa mengangguk.

“Sejak aku pulang kamu langsung mulai masak pasti kan? Sebanyak ini!”, Annisa membelalakkan matanya, dan tak terpelak semua mata tertuju padanya. Curiga. Pak Bos kerumah Annisa. Ada pasal apa? Adam hanya cuek setelah melepaskan kalimat yang terasa akan menikam Annisa.

Annisa kemudian menjelaskan bagaimana cara memakan menu ini. Biasanya roti jala atau cane di celup dikuah kari dan dimakan. Tapi kalau dengan roti biasa atau nasi juga oke.

“Oke-oke… Please ! Enjoy Indonesian cuisine!”, ucap Adam kepada seluruh orang diruangan itu. Ketika yang lain buru-buru menyuapkan makanan dan beberapa berdoa buru-buru. Dua orang itu begitu khusu’ berdoa. Beberapa mata tertuju pada mereka. Adam dengan ritualnya sedang Annisa dengan doanya. Ironis, mereka dua-duanya begitu taat dengan agama masing-masing, tapi malah saling jatuh cinta. Batin Nino dan Reni hampir bersamaan.
Adam menyuap roti jala pertamanya dengan saus kari. Hmm… That’s really yummy. Kamu memang, hmm.. yummy, Annisa! Batin Adam sambil tersenyum jenaka.

Selesai makan semuanya terlihat puas.

“Wow, the food is really good Annisa! The juice is also nice. I love it! You must be very good in cooking…”, puji Steve salah seorang rekan Adam.

“Thanks Steve!”

“Well, kulit kamu bagus dan kamu cantik, kenapa tak jadi model?”, Tanya seorang lagi yang bernama Harry yang sedari tadi memperhatikannya. Dan Annisa memang sedikit merasa risih.

“No way!”, jawab Adam tiba-tiba yang langsung membuat semuanya terkejut.

“Kalau dia jadi model, I’ll lose my  photographer. Saya kira dia juga kurang berbakat jadi model, bakatnya di masak dan fotografi”, ucapnya tersenyum. Annisa hanya mengangguk dan tersenyum tipis. She is my photographer.

***

Selesai beres-beres, Annisa bergegas menuju meja kerjanya. Tapi ternyata urusannya dengan mata-mata yang memandang curiga itu belum beres. Annisa mendesah panjang. Mereka suka sekali penasaran siyh. Paling enggak bisa diucapkan kata-kata yang mengandung arti yang membuat penasaran.

“Jadi Pak Adam semalam ke unit kamu? Ngapain kalian berdua? Ciee..ciee…katanya enggak, eh rupanya…”, goda Lulu. Annisa hanya cuek.

“Sepertinya kurang cukup menghilang berdua di St.Moritz ya Non?”, Nino nimbrung. Kali ini Annisa melotot.

Selepas shalat, Annisa menceritakan semua yang terjadi di Swiss ketika Adam megungkapkan perasaannya juga kejadian semalam ketika Adam datang minta dimasakin masakan Indonesia…

“Wow… romantis banget pastinya yaa?”, Annisa tersenyum namun kemudian mendesah. Reni mengerti kegalauan sahabatnya itu.

“Sudah lah Sa. Kamu juga kan tidak berusaha memberinya harapan. Semuanya sudah benar, biarlah berjalan apa adanya. Kita doakan saja, Pak Adam dapat hidayah yang indah yaa, jadi kalian bisa bersatu…”, Annisa mengaminkan.

***

Namun Reni hanya bisa mengelus dada ketika waktu Ashar baru saja datang. Dia selesai shalat dan sahabatnya sedang khusyu’ berdoa tiba-tiba matanya tak sengaja melihat keruangan Bosnya yang sebagian ruangnya terbuat dari kaca. Terlihat sang Bos juga sedang sangat fokus menundukkan kepalanya sambil mengenggam kedua tangannya kearah salib besar itu. Dia iba melihat kedua sejoli itu. Terutama Annisa yang sudah dua kali jatuh cinta pada lelaki yang kurang tepat. Mudah-mudahan Allah menyiapkan cerita yang sangat indah untukmu Sa. Kamu terlalu banyak terluka. Dan ini mungkin karena Allah ingin menjadikanmu lebih kuat.

Keduanya selesai dengan doanya masing-masing. Amin. Annisa menutup kedua tangan kemukanya. Adam menutup doa dengan ritual salibnya. Namun tak disangka keduanya tak sengaja saling menatap lewat dinding kaca itu. Tersenyum. Mereka tak bisa berbuat apa-apa. Hati itu sudah terlanjur tertaut, hanya Tuhan yang tahu akhir plot mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar