Senin, 26 September 2011

Surat Untuk Allah - "Cerita tentang Ibu"



Dear Allah...Apa kabar?? (pertanyaan konyol, heheheee...)

Engkau Maha Sempurna... Aku ingin memohon sesuatu Tuhan, beberapa hari ini Kau limpahkan kami udara yang sangat panas, boleh tidak suhunya di kurangi sedikit?? Tak ada yang memungkiri, semua ini juga kesalahan kam sebagai manusia yang semakin menganiaya bumi tercinta ini, padahal di usianya yang semakin beranjak tua seharusnya semaiin di jaga keseimbangannya..tapi dengan berkembangnya tekhnologi, kebutuhan manusia pun semakin meningkat...Aku bingung mau berkata apa Rabb, disuatu titik tertentu aku miris dengan keadaan ini tapi aku juga terlibat dalam kelakuan-kelakuan itu...Hanya kekuasaanMu lah yang dapat menentukan segalanya..maka dari itu aku memohon...

Hmm...

Kisah hari ini tentang sosok yang paling mulia itu, Ibu...Jika berbicara tentang sosok itu tak akan pernah habisnya... terlalu banyak tulisan-tulisan tentangnya mulai dari lirik lagu, puisi, cerpen juga novel bahkan sampai memo yang berisi "I love you, Mom..forever" juga satu tanggal special buat ibu di Hari Ibu. Semua tulisan itu bahkan mengungkapkan betapa berharganya sosok itu di setiap ras, agama dan bangsa. Tak pernah ada perbedaan tentang menilai sosok ibu. Betapa kau jadikan beliau mulia, Allah. Jika mengingat betapa mulia sosok itu, rasanya begitu ingin segera menjadi seorang ibu...

Kau jadikan beliau sangat berharga dengan meletakkan surga di telapak kakinya. Kenapa tidak di atas kepalanya? kenapa tidak di perutnya? kenapa tidak di tangannya?
karena telapak kaki adalah tempat dimana seorang anak patut menghormati ibunya. Sudah biasa rasanya mengecup keningnya (kepala), tak jarang anak memeluknya (perutnya), tak pernah terlupa mencium tangannya ketika akan melangkah (tangan). Tapi kaki??? tidak pernah. Tapi kau letakkan surga disana agar kami anak-anaknya bahkan mencium kaki sosok yang berharga itu...Rasanya segala upaya yang kita lakukan tak berharga di banding pengorbanan jiwanya ketika perjuangan membawa kita merasakan udara dunia fana ini (melahirkan).

Tapi... beliau tak mengharap balasan apa-apa. Jikalau pun menginginkan anaknya sukses itu beliau hanya menginginkan anak-anaknya berhasil dan melihat mereka mandiri hingga ketika orang tua sudah tak ada, anak-anak sudah tak kesulitan. Di setiap doanya yang tak kan terlupa adalah mendoakan anak-anaknya.

Dear Allah...Terima kasih ku tak terhingga Engkau izinkan aku berkembang di rahim wanita itu, lahir dari rahimnya dan mendapat pasokan cinta yang tak pernah habisnya dari beliau.

Ibu... hanya seorang manusia biasa. Dia juga bisa punya kekurangan dan kelemahan. Dia juga bisa salah. Tapi disitu lah kita melengkapi segala kelemahannya.

Ibuku...Engkau limpahkan beliau kekuatan hati. Betapa aku teringat kisahnya yang terurai dari bibirnya tentang perjalanan hidupnya. Di awal kebahagiannya mengawali masa-masa indah berkeluarga, mulai membuka hati untuk lelaki yang disebut "suami" yang dulunya bahkan dia tak cinta, memiliki putra-putri dan membanting tulang membangun rumah dengan gaji kecil pegawai. Semua dijalani dengan bimbingan dan sokongan kekuatan dari suami (Terima kasih telah menganugerahi ibuku lelaki itu, Rabb). Tapi ketika rumah telah mulai sempurna, Kau coba dia dengan persoalan keluarga besarnya (saat bercerita, kuliat matanya berkaca-kaca). Rumah yang susah payah terbangun di atas tanah yang diberikan orang tua kepadanya sekarang harus berdiri di atas tanah kakaknya karena pembagian yang salah. Tak berapa lama, Kau juga menggariskan bahwa kebersamaan bersama suaminya harus segera berakhir.Lelaki itu pergi untuk selamanya. Dia pun menangis lagi.

Ketika semuanya terjadi, ibuku terbentuk menjadi wanita yang kuat. Betapa gigih dia mempertahankan hatinya hanya untuk anak-anaknya hingga begitu sulit cinta dari lelaki lain datang. Dia memang bukan seorang yang banyak bercerita, dia bahkan kelihatan tak dekat dengan anak-anaknya karena dia jarang berucap sayang dan cinta. Dulu aku begitu cemburu melihat kedekatan teman-temanku dengan ibu mereka. Tapi akhirnya kusadari, ibu ku memang pelit kata-kata cinta, tapi cinta dan kasih sayang yang di salurkan lebih dari yang bisa dia berikan. Aku bersyukur karena itu. Aku tak butuh lagi kata-kata cinta jika semuanya bisa kudapat langsung dari sikapnya.

Dear Allah...Dia begitu jarang mengeluarkan air mata (berbanding terbalik denganku). Tapi aku tahu hatinya menangis, itu terkadang yang semakin membuat sedih. Bahkan ketika aku pergi 3 tahun lalu, hanya kulihat wajahnya memerah (aku tahu ada tangisan di hatinya). Air mata itu hanya keluar hanya ketika hal-hal tertentu tersentuh. Satu, tentang Ayahku (selalu ketika mulutnya bercerita tentang ayah, mata itu berkaca-kaca. Aku?? jangan tanya, air mataku berlinang-linang. Dua, tentang Abangku. Ibu sangat menyayangi anak lelakinya (jangan tanya aku cemburu atau tidak. karena jawabanku, tidak sama sekali ^_^). Betapa ibu ingin segala yang terbaik untuknya karena dialah pengganti sosok ayah di keluarga kami. Sifat ayahku ada padanya. Ada banyak alasan mengapa ibu hanya akan mudah menangis untuknya (biarlah itu menjadi cerita hatiku dan diriMu, Rabb).


Terlalu banyak kisah tentangnya... ketika dia terluka karena tingkahku, ketika dia tersenyum juga karena tingkahku.

Dan begitu banyak juga kisah diluar sana tentang sosok Ibu...mudah-mudahan akan ada momen yang indah dan tepat mengukir kisah-kisah itu dalam catatan ini...

Doaku Allah berkahi lah usia para ibu-ibu kami, berilah kesehatan, muliakan mereka, berilah kesabaran dalam menghadapi segala cobaan dan ingatkan agar senantiasa bersyukur kepadaMu...Buka kan jalan bagi kami agar dapat membuat mereka bangga sebelum kami tutup usia..Amiin.


Aku MencintaiMu Rabb...Love,


Me ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar