Jumat, 27 Juli 2012

Finally, I am touching the “White” and feeling it (baca:snow)




Ha?? Akhirnya hari ini datang juga, setelah hampir setengah dari usiaku, aku merindukan momen ini (ini sedikit lebai). Momen apakah? Hmm…

Suatu kebahagian bisa menikmati musim dingin di Australia, dengan segala tanda-tanda yang sering hanya bisa dinikmati di pilem-pilem or acara-acara tipi. Namun, satu sisi, terkadang diri masih suka complain dengan suhu yang luar biasa membuat diri ingin terus berdekatan dengan selimut, haha. Namun lagi, walaupun semua orang menganggap winter selalu menjanjikan butiran-butiran putih itu yang semua orang kenal sebagal salju dan bahasa kerennya salju alias yuki (bahasa jepang), tidak terjadi di kota tercinta ini (baca: Melbourne). Dan berita gembiranya, ada beberapa tempat di kota ini yang Allah rejekikan salju seperti Lake Mountain, Mt. Buller and Mt. Hottham. Dan berita yang lebih menggembirakan, kami diberi kesempatan untuk melihat butiran-butiran Kristal putih bersuhu dingin itu yang kuanggap sebagai suatu keajaiban yang Allah berikan.

Anyway, hari ini tanggal 27 July dan bagiku itu hari yang sudah kutunggu-tunggu. Setelah beberapa kali diskusi tentang jadwal “pertemuan” kami dengan si putih yang maju mundur karena beberapa hal termasuk persoalan ibadah puasa, akhirnya ditentukan laah hari ini sebagai hari yang bagiku juga bersejarah itu, haha (sampai sekarang aku masih takjub dengan ciptaan Allah itu, hanya Allah yang sanggup menjadikan butiran-butiran air menjadi Kristal putih nan lembut bersuhu sejuk itu). Persiapan sudah dilakukan dua minggu sebelum keberangkatan mulai dari gloves, jacket, scarf dan sebagainya. Beberapa malah memberi saran penting dan kami sangat mendengarkan.

Dan akhirnya di hari ke tujuh bulan Ramadhan ini, kami berangkat menuju Mt.Buller. Kecemasan tentu ada, apalagi dengan kondisi tubuh yang harus melakukan ibadah puasa dan kondisi suhu yang hari itu -2 C di Mt.Buller. Namun, rasa excited mengalahkan semuanya. InshaAllah dengan niat baik, Allah pasti kuatkan. Selesai sahur, semuanya sudah harus berangkat menuju spot yang ditentukan untuk dijemput bus Evergreen pada jam 6.20, salah satu bus wisata yang menuju Mt.Buller. Dan berbekal pakaian dan bekal yang sudah dipersiapkan, kami berangkat menuju St. Andrews Church, White Horse St, Boxhill pagi-pagi buta itu.

Dan benar saja, bus datang tepat jam 6.20.


Rasa penasaran dan nervous semakin merasuki (lebai lagi, cem mau ketemu camera aje, hehe). Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan yang cantik. Potret lain dari sebuah state bernama Victoria, selamat tinggal sejenak Melbourne tercinta, ada yang lebih menarik untuk ditemui hari ini dari hanya sekedar Federation Square atau Flinder Street Station (sombong.com). Perkebunan yang kini sebagian besar sudah tinggal ranting dan peternakan yang luar biaasaaaa luasnya, ratusan sheep (kurasa salah satunya pemeran “Shaun the Sheep” disana bersama teman-temannya itu, hehe) bertebaran disana tanpa harus berdesakan, tiap pribadi hewan itu punya spotnya masing-masing dan bisa menikmati makanan tanpa harus berebutan. Sapi-sapi berbulu hitam pekat dan berbulu coklat muda dengan kepala putihnya juga terkadang menarik perhatian. Perumahan ala peternakan yang unik dan khas menjadi penghibur mata (aku sampai beberapa kali mengucap syukur ketika akhirnya bisa melihat langsung, ini tidak lebai). Hmm… tiba-tiba Sam (tour guide kami) mengecek cuaca di Mt.Buller dan mengatakan bahwa suhu disana mencapai -2 C dan it’s snow fall there. Berita pertama sedikit meresahkan, namun mendengar kalimat “It’s snowy there now”, ada rasa semangat yang luar biasa.

Perjalanan berlanjut setelah berhenti sesaat di salah satu tempat penyewaan perlengkapan snow. Setelah akhirnya satu jam berlalu, bus Evergreen mulai mendaki jalan yang kurasa mulai meninggi. Dan beberapa kali kami melihat mobil-mobil dari arah berlawanan, dengan tumpukan putih diatasnya. Wow, that’s snow !!

15 menit berlalu ketika kami semakin mendaki dan disuguhi jalan yang berkabut luar biasa tebal, dan mataku yang tak beranjak dari kaca mobil seperti menangkap sesuatu. Butiran-butiran putih. Yaa..itu snow yang sedang berjatuhan. Hal pertama yang terucap, “Alhamdulillah, akhirnya!”

Semakin mendekat, semakin banyak butiran-butiran putih itu, tak hanya itu tumpukan-tumpukan salju semakin banyak di pinggiran-pinggiran jalan dan pohon-pohon. Suasana yang agak mendung dan berkabut, membuat sebagian cemas akan suhu yang dingin disaat kami sedan berpuasa.


And, we are finally here!
Everything’s white here! Wow! Speechless! Excited! Snow’s miracle! SubhanAllah, AllahuAkbar! Dan yang paling menggembirakan, it’s not that cold here! Seandainya bisa dibawa pulang ke Aceh, rasanya ingin sekali berbagi kegembiraan ini bersama dengan yang lainnya.

Ketakjuban dan kebahagian kami tak kunjung reda bahkan kami sudah sangat puas menikmati putihnya sang Snow di puncak Buller. Kami tetap berucap syukur ketika menikmati perjalanan diatas monorail menuju Buller Village. Tak ada rasa lapar sama sekali, padahal ketika hari biasa, perut sudah kriuk-kriuk dijam-jam itu. Tak ada rasa haus, malah bibir yang biasanya kering luar biasa karena musim dingin, kini malah biasa-biasa saja. Dan tak ada rasa lelah, yang ada hanya rasa syukur, bahagia dan excited.

Hari bersama snow ditutup dengan Snow fall yang luar biasa cantiknya. Dan tak dipungkiri, setiap pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan. Yaa…walaupun ini kami anggap sebagai pertemuan pertama dan kemungkinan besar ini yang terakhir (inshaAllah kalau ada rejeki, Allah pertemukan lagi ^_^). Dan ketika memasuki bus untuk melakukan perjalanan kembali ke Melbourne, baru rasa lelah itu datang. Kami kemudian berbuka puasa di perjalanan didalam bus.

Kamis, 12 Juli 2012

Pesan Tulis? Is it working to us?





Waaah…sekian lama sudah tak menyentuh lembaran-lembaran Microsoft Word ini, sekian lama juga tak mengolah huruf-huruf menjadi kata-kata yang kiranya bisa menjadi untaian-untaian kalimat yang bisa memenuhi beberapa paragraf di lembaran Word ini.

Tak terduga, dihari senin nan sedikit cerah namun tetap freezing ini, akhirnya We’re back to reality! Haha. Trimester baru sudah dimulai hari ini dengan mata kuliah baru dah lecturer yang lebih menantang. Hopefully, everything would be better this coming term, Amiin Ya Rabbii. Hmm… di hari ini pula aku memulai menekan tuts-tuts keyboard untuk mentransfer semua cerita yang terangkai lucu nan cantik hari ini, haha.

Kejadian hari ini menyadarkanku satu hal, bahwa culture seseorang atau banyak orang tak bisa diubah begitu saja dalam beberapa bulan terakhir. Pesan Tulis isn’t working here with us! Make sure is one way!

Time table sudah ditentukan, semuanya sudah terpajang rapi di STAR alias Students’ Timetable Allocations and Registration. Hal-hal mengenai mata kuliah, seperti unit guide and study guide atau reading-reading sudah terposisikan rapi di DSO (Deakin Studies Online) masing-masing. Sini ku beritahu, jadi dengan DSO itu laah cara dosen dan mahasiswa berkomunikasi, selain via email. Sang dosen bisa mengepost info-info tentang mata kuliah disana, dan mahasiswa seperti kami-kami ini WAJIB mengecek DSO. Hmm…kalau enggak, yang ketinggalan informasi. Exactly what happened today.

Hmm… sebenarnya bukan hanya factor tidak mengecek DSO (karena itu tak terjadi pada kami, tapi certain people I know, hehe). Tapi ini lebih tepatnya menyangkut kata-kata diatas tadi, Pesan Tulis isn’t working here with us! Make sure is one way! Yaa…tak bisa dipungkiri, itu laah yang melekat pada diri kami, aneuk-aneuk muda dari Aceh. Ceritanya begini, timetable kami menunjukkan bahwa mata kuliah Innovation in Language Curriculum akan diadakan dalam bentuk Tutorial diruang theater B1. 29, dan semua mahasiswa terjadwal pada hari, jam dan ruang yang sama.  Awalnya sempat membuat bingung, wow… that would be a very big class! Jadi malam itu seorang teman menyadari sesuatu, bahwa Alex Kostogriz, unit chair mata kuliah tersebut telah mengepost di DSO, yang begini bunyinya:
“Hello to all the on-campus students,
Please note, we have two on-campus groups:
GROUP ONE includes students whoes last names start with an A through to L.
Group One seminars are on Mondays in Bldg B, room B1.29, from 1pm to 4pm.

GROUP TWO includes students whoes last names start with M through to Z.
Group Two seminars are on Thursdays in Bldg Y, room Y2.02, from 9am to 12noon.
Please make sure you attend seminars as identified above.
Regards,
Alex”

Mulai detik itu, terjadilah diskusi sedikit panjang di layar-layar chating facebook bersama dengan beberapa teman seAceh yang memang mempunyai last name dimulai dengan L sampai Z. Namun, memang culture itu masih milik kami, dan akhirnya kami dengan sangat yakin memutuskan untuk make sure dengan tetap masuk ke kelas dengan time table yang tertera pada STAR.

Dan benarlah, ketika jadwalnya masuk, para students yang masih terlihat kurang menikmati hari-hari pertama ini dengan langkah pasti menuju ruang theater B1.29. Suatu pikiran terlintas dalam pikiranku ketika melangkah masuk kedalam kelas, “Waah, this is not that large class and it is truly impossible to cover all of the students!” Namun, kami masih tetap saja dengan yakin mengisi bangku-bangku itu. Menit pertama, masih biasa-biasa saja. Tak ada yang mengusik, namun kulihat Alex mulai sedikit merasa aneh dengan ramainya kelas. Mencoba meyakinkan diri, bahwa ini suatu langkah yang kurang tepat, aku enggan melepas ranselku dan duduk kurang nyaman di kursiku. Lima menit selanjutnya, dua orang lain masuk dan mulai kebingungan mencari kursi-kursi kosong namun mereka masih beruntung karena memang masih ada dua kursi kosong tersisa. Dan menyadari semua ini, Alex mulai berkata,
“I think, it’s a pretty big class! Do you guys see DSO?”, beberapa mengangguk pasti, dan kini kakiku rasanya mulai segera ingin melangkah keluar. Jangan sampai diusir dah! Haha. “Hmm…I think firstly I would briefly give you the overview about this unit and hmm… we should clarify something”, Nah..nah, kalimat terakhir itu benar-benar pertanda.

Kulirik sana sini dan sadar beberapa teman sudah mulai bersiap-siap hengkang dari kelas ini. Dan benar saja, Allah memang tak pernah tidur dan senantiasa menyelipkan pelajaran , detik selanjutnya pintu terbuka lagi. Jantungku berdegup lebih kencang, namun aku sedikit terkekeh dan mengucap pada diri sendiri, “It’s the time”. Seorang perempuan dengan pakaian khas Indianya masuk dan langsung menuju barisan belakang, dilangkahnya selanjutnya, perempuan itu baru menyadari kalau sudah taka da sisa kursi untuknya dan wajahnya benar-benar kebingungan. Dan kali ini benar-benar sudah tidak ada kursi kosong. Alex yang sedang asik menjelaskan tentang mata kuliah ini, tiba-tiba berhenti dan langsung dengan sopannya mengulang lagi kata-kata yang sudah tertulis rapi di DSO dan itu berarti secara tidak langsung, kami harus segera hengkang dari ruangan itu. Dan yang paling menggelikan, yang mendominasi adalah anak-anak Aceh, hehe.

Tulisan ini bukan untuk mempermalukan diri atau yang lainnya, tapi mudah-mudahan menjadi pelajaran kedepannya. Memang sudah menjadi culture kita ketika sebuah tulisan tak begitu berarti, tapi sebuah pesan yang langsung tersampaikan secara oral lebih berarti. However, ada beberapa yang langsung mengerti. Overall, ada saatnya kita perlu adjustment terhadap suatu kebiasaan budaya lain, tentunya yang baik-baik.

Banyak hal yang menjadi contoh, ketika ada tulisan “Dilarang buang sampah disini”, namun malah jutaan sampah tersebar disana. Ketika ada tulisan, “Dilarang merokok”, malah asap rokok yang tercium disana. Tak ada yang salah. Semuanya kembali kepada diri sendiri. One Saying mentions, “If you want the rule follows you, then follow the rule!”. Hmm… mungkin itu juga yang sedang terjadi pada kita sekarang, kita berharap yang baik-baik, semuanya sesuai aturan, tapi apa kita senantiasa mengikuti aturan?? Ask myself, ask yourself!