“Lelaki yang baik itu untuk perempuan yang
baik”, yaa…itu benar adanya karena nyata sekali Allah ucapkan dan janjikan.
“Right” bermakna sangat luas, kita manusia
bahkan terkadang gak bisa mengartikannya. What we expect sometimes does not
happen or vise versa. Kenapa seorang ustad bisa menikah dengan seorang pelacur?
Ada hal yang baik yang Allah selipkan dalam alur jodohnya mereka. Yang malah
sering terjadi adalah ketika banyak ikhwan berjodohnya dengan akhwat atau sesama
pasangan yang sudah menjalin hubungan atas nama “pacaran”.
Actually, it is not the point that I wanna
share and talk over to you right now. Selama 25 tahun hidupku didunia ini, aku
baru menyadari satu hal hari ini. Dan ini mungkin karena usiaku ada ditahap
“rawan”, jadi fenomena yang kulihat, kudengar dan kualami persis mengenai hal-hal berbau
itu.
Ini hanya sebuah cerita dan mudah-mudahan ini
menjadi pelajaran yang berarti buat semuanya…
Tak ada manusia yang sempurna. Pernyataan
kedua itu juga benar adanya. Tapi, walaupun emang manusia itu tak sempurna tapi
tak berarti manusia punya kebebasan melakukan kesalahan, apalagi kalau
kesalahan itu bernilai “dosa” dan “menyakiti” orang lain.
Segelintir kisah yang terjadi belakangan ini
memang sedikit memojokkan kaum lelaki, tapi ini fakta yang terjadi. The point
is not all men are not “right”, but some do not know how to place themselves as
“the future decision-maker to be”. They can’t behave as they are the leader
wanna be in the household after. Tapi hanya segelintir “mereka” yang seperti
itu, ada dua kemungkinan. Pertama, karena mereka dalam proses belajar dan masih
melakukan kesalahan – yang ini bisa dimengerti, atau kemungkinan kedua, mereka memang
tak pernah belajar sama sekali dan memang sudah jadi watak. Pada dasarnya,
banyak perempuan percaya seorang lelaki yang baik itu yang senantiasa berkata
jujur – terlepas dari baik agamanya – dan konsisten dengan segala perkataannya.
Namun, how do we call a man who says “this”, but at the same time with another
woman says “that”? Pantasnya kita sebut apa lelaki yang berkata ingin serius
dengan seseorang, namun diwaktu yang sama juga menjanjikan hal serupa dengan
perempuan lain? Lelaki macam apa ketika dia melempar pancingan dimana-mana,
ketika dia menjalin komunikasi dengan banyak perempuan, ketika dia menjanjikan
masa depan dengan banyak perempuan. Apa yang terlintas dalam pikiran seorang
lelaki ketika dia mengiba-iba, memohon-mohon agar seorang perempuan menerima
permintaan maafnya dan memberinya kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya,
namun disaat yang sama dia sedang menunggu mata pancingnya yang lain direspon
oleh perempuan lain? Speechless.
Lelaki ada untuk memilih, dan itu hak lelaki. Selama
dia hanya melakukannya dalam “masa memilih”nya, itu tak masalah, asal ketika
dia sudah menetapkan pilihan, dan hanya itu satu-satunya. Jadi, apa perempuan
tak punya hak untuk memilih? Apa kami diciptakan untuk dijadikan cadangan
ketika dalam “proses memilih”-nya, si lelaki akhirnya telah menetapkan pilihan?
Apa jadinya keadaan perempuan kalau diperlakukan begitu? Apa hati perempuan
terbuat dari batu? Apa perasaan perempuan sedingin es, hingga tak merasakan
apa-apa ketika diperlakukan begitu? Apa hanya karena alasan perbandingan jumlah
lelaki dengan perempuan yang sudah berlipat, hingga itu menghalalkan mereka
melempar pancing dimana-mana? What a disease! Ingat, Allah sees that and
malaikatNya mencatat semua itu.
QS. An-Nur: 30, “Dan katakanlah kepada
laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat”.
Apapun alasan mereka, tapi apa ada hal yang
membenarkan hal itu? Tentu ada, tapi dengan mengesampingkan perasaan perempuan,
tentu saja.
Begitupun juga seorang perempuan harus menjaga
marwahnya sebagai perempuan baik-baik. Senantiasa berdoa dan berharap
mendapatkan pasangan yang baik, tapi apa dia sudah mengukur dirinya sendiri. Apa
jadinya ketika kita mengharap yang baik, tapi kita sendiri masih menjerumuskan
diri dalam hal-hal yang tidak baik. Bukankan itu egois namanya. Apakan adil
namanya ketika seorang lelaki baik-baik yang senantiasa menjaga pandangan dan
kemaluannya mendapatkan seorang perempuan yang masih saja terbuka aurat
sana-sini dan bertingkah persisnya tidak seperti seorang perempuan muslim yang
baik? Maka Allah telah jelas menyebutkan dalam Al-Qur’an, lelaki atau perempuan
yang berzina akan Allah pertemukan dengan yang serupa dengannya atau bahkan
yang kafir.
Allah berfirman dalam QS. An-Nur: 3, “Pezina
laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan
perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan
pezina laki-laki atau dengan lelaki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan
bagi orang-orang mukmin”.
Dan lebih jelasnya dalam persoalan diatas
tadi, Allah menyebutkan bahwa seorang perempuan yang keji atau laki-laki yang
keji akan dipertemuakn dengan pasangannya yang keji (pula). Laki-laki atau
perempuan yang melempar pancing dimana-mana, yang senantiasa mengumbar perasaan
padahal belum tepat waktunya, maka mereka akan mendapatkan pasangan yang
serupa. Wallahu’alam. Namun, Allah juga menjanjikan yang terbaik bagi laki-laki
dan perempuan yang baik, mereka akan senantiasa dijaga kesuciannya hingga Allah
janjikan pasangan yang suci dan baik pula.
QS. An-Nur:26, “Perempuan-perempuan yang keji
untuk lelaki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang
keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik,
dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu
bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki
yang mulia (syurga)”.
“The Right Man in The Right Woman”, itu janji
Allah. We’ve got to believe that.
Yaa…istilah itu yang kini akan selalu jadi
pedoman perempuan jika mengalami kejadian diatas. Dan jika saja kejadian yang
sama terjadi lagi pada perempuan yang sama, maka bukan dia yang ingin. Allah
sedang mempersiapkannya untuk menjadi lebih siap dan bijaksana dalam menghadapi
kehidupan kedepan yang mungkin lebih berat bersama keluarga dan “lelaki”nya
kelak. Atau bisa saja, ini menjadi pelajaran baginya agar lebih menjaga
kesuciannya sebagai seorang perempuan karena mungkin selama ini dia
mengharapkan seorang yang baik, tapi dia enggan merubah dirinya menjadi lebih
baik. Bisa jadi.
“Kita dipertemukan dengan orang yang salah
terlebih dahulu, sebelum akhirnya bertemu dengan orang yang tepat”, yaa…kalimat
itu bisa saja benar. Hingga saatnya tiba kelak, seorang perempuan sudah menjadi
lebih siap ketika akhirnya “right man”nya datang.
Aku jadi teringat sebuah doa yang Rasulullah
SAW panjatkan,
“Duhai Tuhan Pemilik Sifat Maha Sempurna,
anugerahkan dia lidah yang jujur, yang tiada berkata kecuali kebenaran, hati
yang mampu menikmati kedermawanMu dalam setiap kejadian, yang tiada berdetak
kecuali dengan pujian kepadaMu. Anugerahkanlah dia cinta kepadaku dan cinta
kepada orang-orang yang mencintaiku. Dan jadikanlah semua persoalan hidupnya
menuju kebaikan.”
Amiin.
Tulisan ini bukan untuk menjatuhkan para
lelaki, dan kalau pun sebagian besar tulisannya menjurus kesana, itu karena
fenomena yang terjadi belakangan ini. Satu or dua kisah masih biasa, tapi
ketika kisah yang sama dimiliki oleh banyak perempuan, tentu pantas disebut
fenomena, dan menurutku pantas ditulis agar menjadi pelajaran buat kita semua,
laki-laki ataupun perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar