Kamis, 13 Desember 2012

“The Right Man is in The Right Woman”



“Lelaki yang baik itu untuk perempuan yang baik”, yaa…itu benar adanya karena nyata sekali Allah ucapkan dan janjikan.
“Right” bermakna sangat luas, kita manusia bahkan terkadang gak bisa mengartikannya. What we expect sometimes does not happen or vise versa. Kenapa seorang ustad bisa menikah dengan seorang pelacur? Ada hal yang baik yang Allah selipkan dalam alur jodohnya mereka. Yang malah sering terjadi adalah ketika banyak ikhwan berjodohnya dengan akhwat atau sesama pasangan yang sudah menjalin hubungan atas nama “pacaran”.
Actually, it is not the point that I wanna share and talk over to you right now. Selama 25 tahun hidupku didunia ini, aku baru menyadari satu hal hari ini. Dan ini mungkin karena usiaku ada ditahap “rawan”, jadi fenomena yang kulihat, kudengar dan kualami persis mengenai hal-hal berbau itu.
Ini hanya sebuah cerita dan mudah-mudahan ini menjadi pelajaran yang berarti buat semuanya…
Tak ada manusia yang sempurna. Pernyataan kedua itu juga benar adanya. Tapi, walaupun emang manusia itu tak sempurna tapi tak berarti manusia punya kebebasan melakukan kesalahan, apalagi kalau kesalahan itu bernilai “dosa” dan “menyakiti” orang lain.
Segelintir kisah yang terjadi belakangan ini memang sedikit memojokkan kaum lelaki, tapi ini fakta yang terjadi. The point is not all men are not “right”, but some do not know how to place themselves as “the future decision-maker to be”. They can’t behave as they are the leader wanna be in the household after. Tapi hanya segelintir “mereka” yang seperti itu, ada dua kemungkinan. Pertama, karena mereka dalam proses belajar dan masih melakukan kesalahan – yang ini bisa dimengerti, atau kemungkinan kedua, mereka memang tak pernah belajar sama sekali dan memang sudah jadi watak. Pada dasarnya, banyak perempuan percaya seorang lelaki yang baik itu yang senantiasa berkata jujur – terlepas dari baik agamanya – dan konsisten dengan segala perkataannya. Namun, how do we call a man who says “this”, but at the same time with another woman says “that”? Pantasnya kita sebut apa lelaki yang berkata ingin serius dengan seseorang, namun diwaktu yang sama juga menjanjikan hal serupa dengan perempuan lain? Lelaki macam apa ketika dia melempar pancingan dimana-mana, ketika dia menjalin komunikasi dengan banyak perempuan, ketika dia menjanjikan masa depan dengan banyak perempuan. Apa yang terlintas dalam pikiran seorang lelaki ketika dia mengiba-iba, memohon-mohon agar seorang perempuan menerima permintaan maafnya dan memberinya kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya, namun disaat yang sama dia sedang menunggu mata pancingnya yang lain direspon oleh perempuan lain? Speechless.
Lelaki ada untuk memilih, dan itu hak lelaki. Selama dia hanya melakukannya dalam “masa memilih”nya, itu tak masalah, asal ketika dia sudah menetapkan pilihan, dan hanya itu satu-satunya. Jadi, apa perempuan tak punya hak untuk memilih? Apa kami diciptakan untuk dijadikan cadangan ketika dalam “proses memilih”-nya, si lelaki akhirnya telah menetapkan pilihan? Apa jadinya keadaan perempuan kalau diperlakukan begitu? Apa hati perempuan terbuat dari batu? Apa perasaan perempuan sedingin es, hingga tak merasakan apa-apa ketika diperlakukan begitu? Apa hanya karena alasan perbandingan jumlah lelaki dengan perempuan yang sudah berlipat, hingga itu menghalalkan mereka melempar pancing dimana-mana? What a disease! Ingat, Allah sees that and malaikatNya mencatat semua itu.
QS. An-Nur: 30, “Dan katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.


Apapun alasan mereka, tapi apa ada hal yang membenarkan hal itu? Tentu ada, tapi dengan mengesampingkan perasaan perempuan, tentu saja.
Begitupun juga seorang perempuan harus menjaga marwahnya sebagai perempuan baik-baik. Senantiasa berdoa dan berharap mendapatkan pasangan yang baik, tapi apa dia sudah mengukur dirinya sendiri. Apa jadinya ketika kita mengharap yang baik, tapi kita sendiri masih menjerumuskan diri dalam hal-hal yang tidak baik. Bukankan itu egois namanya. Apakan adil namanya ketika seorang lelaki baik-baik yang senantiasa menjaga pandangan dan kemaluannya mendapatkan seorang perempuan yang masih saja terbuka aurat sana-sini dan bertingkah persisnya tidak seperti seorang perempuan muslim yang baik? Maka Allah telah jelas menyebutkan dalam Al-Qur’an, lelaki atau perempuan yang berzina akan Allah pertemukan dengan yang serupa dengannya atau bahkan yang kafir.
Allah berfirman dalam QS. An-Nur: 3, “Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan lelaki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin”.
Dan lebih jelasnya dalam persoalan diatas tadi, Allah menyebutkan bahwa seorang perempuan yang keji atau laki-laki yang keji akan dipertemuakn dengan pasangannya yang keji (pula). Laki-laki atau perempuan yang melempar pancing dimana-mana, yang senantiasa mengumbar perasaan padahal belum tepat waktunya, maka mereka akan mendapatkan pasangan yang serupa. Wallahu’alam. Namun, Allah juga menjanjikan yang terbaik bagi laki-laki dan perempuan yang baik, mereka akan senantiasa dijaga kesuciannya hingga Allah janjikan pasangan yang suci dan baik pula.
QS. An-Nur:26, “Perempuan-perempuan yang keji untuk lelaki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (syurga)”.

“The Right Man in The Right Woman”, itu janji Allah. We’ve got to believe that.
Yaa…istilah itu yang kini akan selalu jadi pedoman perempuan jika mengalami kejadian diatas. Dan jika saja kejadian yang sama terjadi lagi pada perempuan yang sama, maka bukan dia yang ingin. Allah sedang mempersiapkannya untuk menjadi lebih siap dan bijaksana dalam menghadapi kehidupan kedepan yang mungkin lebih berat bersama keluarga dan “lelaki”nya kelak. Atau bisa saja, ini menjadi pelajaran baginya agar lebih menjaga kesuciannya sebagai seorang perempuan karena mungkin selama ini dia mengharapkan seorang yang baik, tapi dia enggan merubah dirinya menjadi lebih baik. Bisa jadi.
“Kita dipertemukan dengan orang yang salah terlebih dahulu, sebelum akhirnya bertemu dengan orang yang tepat”, yaa…kalimat itu bisa saja benar. Hingga saatnya tiba kelak, seorang perempuan sudah menjadi lebih siap ketika akhirnya “right man”nya datang.

Aku jadi teringat sebuah doa yang Rasulullah SAW panjatkan,
“Duhai Tuhan Pemilik Sifat Maha Sempurna, anugerahkan dia lidah yang jujur, yang tiada berkata kecuali kebenaran, hati yang mampu menikmati kedermawanMu dalam setiap kejadian, yang tiada berdetak kecuali dengan pujian kepadaMu. Anugerahkanlah dia cinta kepadaku dan cinta kepada orang-orang yang mencintaiku. Dan jadikanlah semua persoalan hidupnya menuju kebaikan.”
Amiin.

Tulisan ini bukan untuk menjatuhkan para lelaki, dan kalau pun sebagian besar tulisannya menjurus kesana, itu karena fenomena yang terjadi belakangan ini. Satu or dua kisah masih biasa, tapi ketika kisah yang sama dimiliki oleh banyak perempuan, tentu pantas disebut fenomena, dan menurutku pantas ditulis agar menjadi pelajaran buat kita semua, laki-laki ataupun perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar