Rabu, 29 Februari 2012

Get Lost...


Get Lost
28 February 2012

Sudah dua hari hujan deras mengguyur Melbourne dan cuaca pun semakin dingin. Hari itu hari kedua orientasiku di kampusku yang baru di Victoria States, Deakin University. Untuk pertama kalinya setelah tiga hari keberadaanku di kampong baruku ini, aku menaiki Tram, semacam kereta api listrik di Australia. Bersama dengan Nao, teman serumahku dari Jepang, kami diantar menuju pemberhentian terdekat Tram oleh Toula.

Dan ternyata naik Tram menyenangkan. Hari pertama jalan terlihat sibuk, namun hari ini lebih sibuk dan beberapa kali terlihat macet. Namun, karena Tram mempunyai jalur khusus, maka kami dengan lancarnya menuju kampus.

Orientasi kedua hanya seputar pengenalan lokasi-lokasi kampus. International student room, ruang shalat, pustaka, book store, ruang kelas, dan beberapa lokasi penting lainnya. Selesai dengan segala kegiatan orientasi, kami berencana pergi ke Box Hills. Beberapa teman malah berbelanja disana dan sekaligus mencari SIM card.

Ketika pulang, untuk pertama kalinya juga aku menaiki Bus dan Bus no. 903 menjadi pilihan. Bersama Nadia, Kak Khusna, Hija dan Bang Saiful, kami turun di Burwood Highway dan melanjutkan perjalanan menaiki Tram no.75. Nadia dan Kak Khusna turun di pemberhentian no.63 dan bang Saiful di pemberhantian no. 70, sedang aku akan turun di pemberhentian no. 74.

Semuanya lancar. Aku turun di halte yang benar, menyeberang jalan juga dengan cara yang benar (push the button on the traffic light sign before crossing the road). Aku berjalan dengan sangat baik menuju rumahku. Aku sangat yakin jalan yang ku pilih benar adanya, hingga suatu ketika, saat aku telah berjalan lumayan jauh, aku merasa ada yang salah. Jalan Shirewood Rise tidak sejauh ini, apa aku salah mengambil jalan. Aku pun mulai cemas dan mulai mencari sosok yang bisa kutanyakan, namun parahnya lagi it’s nearly 7 and it’s time for dinner dan sudah pasti orang-orang akan sangat jarang berada di luar rumah. Dan memang keadaan sangat sepi saat itu. Aku mengucap syukur ketika akhirnya aku melihat sepasang manusia bermata sipit sedang berjogging. Kudekati mereka dan bertanya…

“Excuse me, may I ask you something…”
dan betapa terkejutnya aku ketika mereka berdua menghindar dan mempercepat larinya. Apa ada yang salah denganku. Apa mereka ketakutan karena aku Muslim dan berjilbab?

“No, I just wanna ask about the address…”, ucapku meyakinkan mereka bahwa aku tidak lah membahayakan, aku ini manis, hehe

Tapi tetap saja keduanya menggeleng dan sediki memperlihatkan body language yang akhirnya kutahu mereka tak berbahasa Inggris…
“Oh…No English?”, tanyaku dan mereka mengangguk sambil tersenyum.

Akhirnya aku memutar kembali badanku dan berjalan kearah sebaliknya, karena aku sudah sangat yakin, ini jalan yang salah. Dua orang Korea, ibu dan anak akhirnya membantuku…

“Don’t go this left, but next left, ok…”

Aku pun menuruti mereka dan mulai berjalan lagi, ketika akhirnya aku menemukan “next left”, aku mulai melangkah turun. Dan karena daerah Melbourne adalah daerah berbukit, maka perjalanan pun bisa naik dan turun. Kini jalan semakin menurun, dan aku mulai cemas lagi ketika aku menyangsikan bahwa ini adalah jalan yang tepat. Aku sudah sangat lelah dan kalau aku sudah terlanjur turun, kemungkinan aku tak akan sanggup naik lagi. Kulihat sekeliling, taka da satu tanda pun yang bisa menjadi petunjuk keberadaanku ketika aku nanti menghubungi Toula dan mengatakan aku tersesat. Tapi tidak ada cara lain, hari makin gelap dan jalan memang sangat sepi. Ku ambil handphoneku dan memang mungkin ini adalah nasib burukku, benda itu berbunyi dan aku sangat tau itu nada apa, “Out of Battery” dan detik selanjutnya benda itu tewas ditanganku. Aku mendesah dan sedikit mulai ingin menangis.

Kuayunkan kaki menuju jalan pertama masuk dan akhirnya ketika aku kembali berhasil meraih persimpangan pertama itu, aku memberanikan diri berbelok kearah sebaliknya dan jalan itu juga menurun. Ya Allah, kalau pun ini juga bukan jalan yang benar dan aku sudah berada di bawah, kemungkinan aku tak akan sanggup untuk naik lagi dan aku sudah pasrah. Aku pun turun, dan ketika akhirnya aku berhasil melihat sebuah papan kecil tertancap disebuah tiang listrik dan bertuliskan, “Shirewood Rise”, aku mengucap syukur dalam hati dan mengikuti arah jalan itu.

Aku memasuki pintu pagar. Alhamdulillah, I am home. And it’s 7. 15. Aku lapar dan lelah, namun dinner time is over. Aku masuk dan kudengar suara Nao…

“Oh, that must be Ummi…”

Seseorang melangkah tergesa-gesa dan itu Toula…

“Oh Dear… where have you been darling?”

Ah…mereka juga mencemaskanku.

“I get lost…”, ucapku lirih dan sedikit malu.

Toula merangkulku.

“Listen, if you are lost and do not know where to go, give me a ring and don’t go anywhere, I’ll pick you up whenever you are…”



Tiba-tiba aku teringat ibuku, keluargaku dan kampong halamanku. Apa aku akan merasa seperti ini ketika aku dengan nyamannya hidup bersama keluargaku di tanah kelahiranku? Tentu tidak dalam sitauasi sesulit ini…

Aku tahu mungkin ini cara Allah mengajarkanku belajara dan bertahan di tempat baru ini. Tersesat ketika hari akan gelap, ketika handphone sudah tewas karena tak punya daya baterai dan ketika tubuh sudah mulai kelelahan…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar