Get Lost
28 February 2012
Sudah dua hari hujan deras mengguyur Melbourne dan cuaca pun
semakin dingin. Hari itu hari kedua orientasiku di kampusku yang baru di
Victoria States, Deakin University. Untuk pertama kalinya setelah tiga hari
keberadaanku di kampong baruku ini, aku menaiki Tram, semacam kereta api
listrik di Australia. Bersama dengan Nao, teman serumahku dari Jepang, kami
diantar menuju pemberhentian terdekat Tram oleh Toula.
Dan ternyata naik Tram menyenangkan. Hari pertama jalan
terlihat sibuk, namun hari ini lebih sibuk dan beberapa kali terlihat macet.
Namun, karena Tram mempunyai jalur khusus, maka kami dengan lancarnya menuju
kampus.
Orientasi kedua hanya seputar pengenalan lokasi-lokasi
kampus. International student room, ruang shalat, pustaka, book store, ruang
kelas, dan beberapa lokasi penting lainnya. Selesai dengan segala kegiatan
orientasi, kami berencana pergi ke Box Hills. Beberapa teman malah berbelanja
disana dan sekaligus mencari SIM card.
Ketika pulang, untuk pertama kalinya juga aku menaiki Bus
dan Bus no. 903 menjadi pilihan. Bersama Nadia, Kak Khusna, Hija dan Bang
Saiful, kami turun di Burwood Highway dan melanjutkan perjalanan menaiki Tram
no.75. Nadia dan Kak Khusna turun di pemberhentian no.63 dan bang Saiful di
pemberhantian no. 70, sedang aku akan turun di pemberhentian no. 74.
Semuanya lancar. Aku turun di halte yang benar, menyeberang
jalan juga dengan cara yang benar (push the button on the traffic light sign
before crossing the road). Aku berjalan dengan sangat baik menuju rumahku. Aku
sangat yakin jalan yang ku pilih benar adanya, hingga suatu ketika, saat aku
telah berjalan lumayan jauh, aku merasa ada yang salah. Jalan Shirewood Rise
tidak sejauh ini, apa aku salah mengambil jalan. Aku pun mulai cemas dan mulai mencari
sosok yang bisa kutanyakan, namun parahnya lagi it’s nearly 7 and it’s time for
dinner dan sudah pasti orang-orang akan sangat jarang berada di luar rumah. Dan
memang keadaan sangat sepi saat itu. Aku mengucap syukur ketika akhirnya aku
melihat sepasang manusia bermata sipit sedang berjogging. Kudekati mereka dan
bertanya…
“Excuse me, may I ask you something…”
dan betapa terkejutnya aku ketika mereka berdua menghindar
dan mempercepat larinya. Apa ada yang salah denganku. Apa mereka ketakutan
karena aku Muslim dan berjilbab?
“No, I just wanna ask about the address…”, ucapku meyakinkan
mereka bahwa aku tidak lah membahayakan, aku ini manis, hehe
Tapi tetap saja keduanya menggeleng dan sediki
memperlihatkan body language yang akhirnya kutahu mereka tak berbahasa Inggris…
“Oh…No English?”, tanyaku dan mereka mengangguk sambil
tersenyum.
Akhirnya aku memutar kembali badanku dan berjalan kearah
sebaliknya, karena aku sudah sangat yakin, ini jalan yang salah. Dua orang
Korea, ibu dan anak akhirnya membantuku…
“Don’t go this left, but next left, ok…”
Aku pun menuruti mereka dan mulai berjalan lagi, ketika
akhirnya aku menemukan “next left”, aku mulai melangkah turun. Dan karena
daerah Melbourne adalah daerah berbukit, maka perjalanan pun bisa naik dan
turun. Kini jalan semakin menurun, dan aku mulai cemas lagi ketika aku
menyangsikan bahwa ini adalah jalan yang tepat. Aku sudah sangat lelah dan
kalau aku sudah terlanjur turun, kemungkinan aku tak akan sanggup naik lagi.
Kulihat sekeliling, taka da satu tanda pun yang bisa menjadi petunjuk
keberadaanku ketika aku nanti menghubungi Toula dan mengatakan aku tersesat.
Tapi tidak ada cara lain, hari makin gelap dan jalan memang sangat sepi. Ku
ambil handphoneku dan memang mungkin ini adalah nasib burukku, benda itu
berbunyi dan aku sangat tau itu nada apa, “Out of Battery” dan detik
selanjutnya benda itu tewas ditanganku. Aku mendesah dan sedikit mulai ingin
menangis.
Kuayunkan kaki menuju jalan pertama masuk dan akhirnya
ketika aku kembali berhasil meraih persimpangan pertama itu, aku memberanikan
diri berbelok kearah sebaliknya dan jalan itu juga menurun. Ya Allah, kalau pun
ini juga bukan jalan yang benar dan aku sudah berada di bawah, kemungkinan aku
tak akan sanggup untuk naik lagi dan aku sudah pasrah. Aku pun turun, dan
ketika akhirnya aku berhasil melihat sebuah papan kecil tertancap disebuah
tiang listrik dan bertuliskan, “Shirewood Rise”, aku mengucap syukur dalam hati
dan mengikuti arah jalan itu.
Aku memasuki pintu pagar. Alhamdulillah, I am home. And it’s
7. 15. Aku lapar dan lelah, namun dinner time is over. Aku masuk dan kudengar
suara Nao…
“Oh, that must be Ummi…”
Seseorang melangkah tergesa-gesa dan itu Toula…
“Oh Dear… where have you been darling?”
Ah…mereka juga mencemaskanku.
“I get lost…”, ucapku lirih dan sedikit malu.
Toula merangkulku.
“Listen, if you are lost and do not know where to go, give
me a ring and don’t go anywhere, I’ll pick you up whenever you are…”
Tiba-tiba aku teringat ibuku, keluargaku dan kampong halamanku.
Apa aku akan merasa seperti ini ketika aku dengan nyamannya hidup bersama
keluargaku di tanah kelahiranku? Tentu tidak dalam sitauasi sesulit ini…
Aku tahu mungkin ini cara Allah mengajarkanku belajara dan
bertahan di tempat baru ini. Tersesat ketika hari akan gelap, ketika handphone
sudah tewas karena tak punya daya baterai dan ketika tubuh sudah mulai
kelelahan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar