Rabu, 08 Februari 2012

Surat Untuk Allah - Bahagianya… Aku Seorang Guru



Dear Allah, Tuhanku yang Maha Sempurna...
After sometime, I am writing to You again...
Betapa rindu hati ingin menulis, tapi tak ada satu pun ide yang kutulis dengan baik, mungkin karena pikiranku sedang terbagi-bagi, hehe

Ya Rabb,
Aku jadi teringat beberapa waktu lalu ketika aku ogah sekali menjadi guru, faktanya aku kuliah di kejuruan guru. Yang ada dalam pikiranku saat itu adalah, dengan bermodal ilmu bahasa inggris yang aku dapat, aku bisa bekerja dimana saja. Tapi satu yang tidak masuk list-ku – mengajar alias menjadi guru.

Maka ketika beberapa teman berbondong-bondong mencari pengalaman bekerja atau mencari tambahan uang jajan dengan menjadi instruktur di les-les atau private, aku memilih tidak. Aku benar-benar ogah menjadi guru saat itu, karena banyak pertimbangan:
  1. Aku tidak suka profesi itu. Dan alasan ini lah yang menjadi penentu alas an-alasan lain untuk muncul. Karena ketika kita menyukai sesuatu, maka kita akan senantiasa mencari cara agar tidak berdekatan dengan hal itu.
  2. Maka muncul alasan kedua yaitu, aku tak pintar menyampaikan pelajaran. Aku kaku. Takut kehabisan kata-kata ketika mengajar sedangkan waktu mengajar perkirakanlah 1,5 jam dan itu akan terasa lama ketika aku tak punya bahan untuk diajarkan.
  3. Pengalamanku mengajar masih sangat kurang. Yang bisa kuandalkan adalah pengalaman mengajarkan sepupu-sepupu kecilku.
  4. Aku merasa belum pe de dengan ilmu yang aku punya. Bagaimana kalau siswanya lebih pintar, dan ketika ditanya aku tidak bisa menjawab?
  5. Dan masih banyak alasan-alasan lainnya yang terus berdatangan ketika aku dihadapkan dengan profesi itu apakah ketika ada lowongan atau ketika dengan suka rela diminta mengajar.
Rabbii... Bukan berarti aku tak menggeluti profesi itu, karena beberapa kali aku pernah mengajar di kursus-kursus, namun aku belum mendapatkan chemistry saat itu. Dan yang lebih parah malah pengalaman itu membuatku semakin menghindari profesi itu. Maka aku memutuskan untuk sementara tak mau berdekatan dengan profesi itu, bahkan aku pernah berpikir untuk tidak mengajar sama sekali dan itu ketika aku berada hampir di semester akhir bangku perkuliahanku. Pengalaman PPL dan Microteaching bahkan membuatku cemas akan mengajar. Ketika diawal kelulusanku, lamaran pekerjaan yang membuatku tertarik malah bukan berkenaan dengan kejuruanku, aku lebih memilih melamar ke perkantoran. Overall, masa-masa kuliah aku benar-benar punya pengalaman yang kurang enak dengan profesi yang kini aku jalani dengan tulus dan sangat senang itu.
Tuhan, masih ingat kan ketika suatu hari, ibuku (beliau seorang guru TK) pernah berkata bahwa profesi guru itu adalah profesi yang paling baik untuk seorang perempuan. Selain punya makna yang mulia, guru juga lebih sedikit jam kerjanya dibandingkan perkantoran, jadi menurut ibuku saat itu, guru adalah profesi yang paling sesuai untuk perempuan. Tetapi, aku tetap pada pendirianku bahwa aku akan berusaha dengan sangat untuk menghindari profesi itu.

Yaa... dan aku sangat menyadari bahwa Engkau lah Tuhan yang menjadi Sutradara dalam hidup kami. Maka ketika semua alasan diatas sudah sangat terbingkai rapi didalam hati dan otakku, hanya dengan sebuah langkah tiba-tiba namun sederhana Engkau delete semua alasan-alasan itu. Aku bahkan tak sadar, sejak kapan aku bisa sangat mencintai mengajar alias menjadi seorang guru.
Ya Rabb, mungkin ada beberapa alasan kenapa kenapa sekarang aku begitu menikmati saat-saatku mengajar... Itulah Engkau, God! Tak ada yang sesempurnaMu. Semua alur yang Engkau coretkan dalam skriptMu melalui tinta kasih sayangMu sangat tak terbantahkan dan penuh makna kehidupan bagi kami...

Ilmu... itu alasan pertama yang membuatku terus senang menapaki profesi ini. Yaa...walaupun aku bukanlah seorang guru resmi, namun aku banyak mendapat kesempatan memberi sedikit ilmu yang aku punya dan secara bersamaan Engkau limpahkan ilmu yang lebih banyak dari proses itu. Melalui pertanyaan-pertanyaan murid-murid mulai dari yang pintar sekali dengan pertanyaannya yang complicated, sampai yang biasa saja dengan pertanyaan yang sederhana, namun aku bahkan tak tahu jawabannya. Dan dengan itu, aku berusaha belajar dan bertanya, kadang bahkan berdiskusi dengan murid-murid. Akhirnya, tak hanya satu ilmu yang kudapat, berjuta ilmu terkadang hanya dari pertanyaan yang sangat sederhana. Thanks for that God! Bahagianya karena aku seorang guru...

Pengalaman membuatku semakin Percaya Diri... alasan yang kedua. Semakin banyak aku menapaki proses mengajar, semakin banyak aku berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan dan semakin banyak aku bertemu murid-murid, semakin membuatku berdiri dengan positif didepan, saat mengajar. Thanks also for that, God! Bahagianya karena aku seorang guru...

Cinta tak terhingga dari “Mereka” yang kusebut “My Savior” (bagiku Savior tidak hanya penyelamat dari bahaya atau bersifat religi, tapi lebih dari itu). Semuanya tak akan terasa dalam waktu singkat, namun aku merasakannya ketika aku sudah tak lagi mengajar mereka. Ketika berjumpa, mereka ingat dan tersenyum sekaligus menyapa dan tak lupa menanyakan kabar. Bahkan ada yang tak segan-segan mencium tangan, betapa aku merasa dimuliakan saat itu (itulah nilai seorang guru dan Engkau membuatnya sangat jelas, Tuhan!), dan aku juga mempunyai perasaan yang sama ketika aku bertemu dengan guruku. Dan ketika social networking menjadi sangat happening, mereka hadir disana walau hanya sekedar menanyakan kabar bahkan terkadang mengucapkan selamat ulang tahun dan menyertakan doa yang indah disana.

Apapun ceritanya, apakah dengan guru yang bahkan kita tak suka sama sekali, perasaan memuliakan itu tetap ada ketika bertemu, apalagi ketika itu adalah seorang guru yang benar-benar membuat kita nyaman, rasa bangga dan hormat akan lebih besar. Dan aku banyak belajar dari itu. Betapa bahagianya ketika mempunyai hubungan yang baik dengan siswa.
Dan lagi-lagi aku dengan bangga berucap... Bahagianya karena aku seorang guru...

Dear Allah, aku jadi teringat cerita ibuku yang notabenenya adalah seorang Guru Taman Kanak-Kanak (sudah 25tahun), guru yang menghadapi anak-anak yang baru saja dilepas dan dipercaya oleh orang tuanya (aku sangat memuji Guru TK, mereka tangguh). Ibuku tak memungkiri terkadang merasa sangat jenuh dengan profesinya, apalagi dengan usianya sekarang seolah berpengaruh akan tenaga dalam menghadapi anak-anak kecil itu. Ingus, pengen poop, mimisan, dan lain sebagainya yang menjadi langganan anak-anak menjadi penghias hari-harinya. Tapi, semuanya seolah hilang ketika anak-anaknya sukses. Bahkan yang sangat membuat haru, malah ketika sang guru lupa akan namanya, mereka dengan bangga berkata, “dulukan aku bisa membaca gara-gara diajari sama bu Murni, ibu makasih banyak. Sekarang Alhamdulillah sudah selesai specialist”. Bagaimana tak terharu... Itu hanya sepotong cerita, karena ibu punya cerita yang sangat banyak.

Begitu pun aku... yaa, walaupun aku masih seumur jagung dalam mengajar, tetapi aku juga terkadang punya kisah yang manis bersama murid-muridku. Aku sangat senang ketika mendengar panggilan itu, “Miss Ummi...”, dan itu panggilan dari murid-muridku. Dan mungkin banyak yang merasakan hal yang sama denganku.

Dear Rabb,
Itulah Engkau yang Maha Adil... maka tak selamanya Kau buat semuanya mudah. Cerita ini sering kali terjadi ketika di hari pertama aku melangkah masuk kelas. Wajah-wajah itu memang interested and excited, tapi kebanyakan anak-anak itu tertarik mengetes gurunya yang dianggap lebih kecil dari mereka, terkadang dianggap religious karena namaku (berdasarkan pengakuan mereka). Banyak hal yang terkadang membuatku ingin menyerah, namun terus saja Kau kuatkan aku dan akhirnya ketika semuanya harus selesai, aku mulai merindukan mereka dan betapa bahagianya ketika itu juga yang dirasa murid-muridku.



Rabb, 
Betapa indahnya ketika kita bisa memberi walau hanya sedikit tetapi bermanfaat, begitu juga dengan ilmu. Mungkin hanya sebuah huruf atau angka, tapi bagi seorang murid itu sangat berharga, bahkan dia akn selalu mengingatnya sampai dia akhirnya sukses. Bisa dibayangkan betapa bahagianya kita sebagai guru, ketika puluhan tahun berlalu dan akhirnya melihat anak-anak didik telah sukses dan mereka berkata, "Itu guru yang mengajariku"...


Dear Allah...
Dan sekali lagi aku berkata...
Bahagianya... Aku seorang Guru...

Terima kasih telah membuka mataku akan baiknya profesi ini dan terima kasih telah mempertemukan dengan mereka-mereka yang senantiasa mendukung...
Selamat bagi semua guru di dunia, anda beruntung telah memilih profesi ini...

Love You Rabb,

Ummi ^_^

1 komentar: