Aku
terlahir “Sensitif”
Tak pernah
telintas dalam pikiranku, akhirnya topic ini akan menjadi serangkaian kata yang
tertulis di sebuah layar bernama “Microsoft Word”. Namun, memang benar bahwa
seorang manusia juga punya batas ketentraman diri dan mungkin itu juga yang aku
alami.
Sensitive?
Apa yang salah dengan katakata itu? Tak ada yang salah, hanya ada sedikit
permasalahan padanya jika terlalu berlebihan hinggap pada seorang bernama
“Manusia”. Tidak banyak yang menempatkan diri sebagai orang yang sensitive
berlebihan, namun aku dengan lantang hari ini berkata bahwa aku termasuk salah
satu makhluk Tuhan (bukan “…Yang Paling Sexi) yang terlahir dengan sensitive
yang sedikit melebihi kadar normal.
Apa
sebabnya? Hmm…kalau saja aku tahu. Allah knows. Kalau dilihat dari segi
“Zodiak”, aku terlahir di awal bulan Maret dan disebutkan aku berbintang
“Pisces” yang berlambangkan ikan dan air. Hmm…factor ikan dan air yang sangat
sensitive sentuhan menjadi alasan segelintir orang, but not me. Wallahu’alam.
Perasaanku
mudah sekali tersentuh, aku dengan cepat bisa mengeluarkan air mata, bahkan
untuk hal-hal yang konyol dan terkadang sederhana. But that’s me.
Hatiku
dengan mudahnya “weuh”, aku dengan mudahnya tersinggung or sedih, bahkan hanya
dengan kata-kata halus dan sederhana, konon dengan kata-kata kasar dan ekspresi
marah. Aku bisa menangis karena sedih langsung ditempat itu.
Otakku juga
terkadang bekerja sama dengan hatiku yang lemah, ketika hati sudah mulai lemah
dan terkena virus-virus sensitive, otakku dengan mudahnya berpikiran negative.
Aku bisa beranggapan macam-macam, contohnya saja aku beranggapan semua orang
menghindariku. Aku beranggapan bahwa aku telah berbuat sesuatu hal yang membuat
orang sakit hati padaku.
Yang juga
tak bisa terhindari olehku adalah ketika semua syaraf ditubuhku bersatu dan
memerintah “mood”ku untuk berubah warna dari “pink (ceria=senang)” menjadi
“biru (haru-sedih) atau bahkan “abu-abu (kelabu-galau)”. Tidak hanya sampai
disitu, semuanya akan berakhir pada perubahan sikapku. Aku memilih diam,
menutup diri dan akhirnya menyendiri.
Ini kerap
terjadi ketika aku berhubungan dan berteman dan banyak hal yang berubah ketika
sifat sensitiveku dan ketika akhirnya aku menyesali, semuanya sudah terlanjur
berubah. Dan akhirnya ketika aku menangisi semua perubahan itu, semuanya sudah
terjadi dan… If I just could turn back time.
Bagi
sebagian orang mungkin hanya persoalan biasa, tapi bagiku sudah luar biasa. Bagi
sebagian orang hanya kata-kata sederhana, tapi bagiku sudah sangat complicated.
Again,
that’s me!
Aku tidak
berharap diperlakukan special karena sifatku itu, tapi aku hanya ingin
dimengerti. Dan mungkin bagi sebagian orang, itu terlalu berat untuk mengerti,
dan aku berusaha menerima. Aku seorang manusia yang sudah seperempat abad
berada di dunia dan sudah pantas menjadi lebih bijak dalam menghadapi sesuatu.
Selama ini, salah satu yang menjadi doa utamaku adalah ketika Tuhan bisa
sedikit membantuku mengontrol sifatku itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar