Jumat, 16 Maret 2012

Stop, Look, Listen and Think...



Pagi ini cuaca terasa nyaman di kulitku yang notabenenya seorang manusia yang datang jauh-jauh dari negeri tropis Indonesia. Before we go to the main topic of my writing today, let me describe you guys about the unpredictable weather in Melbourne. That’s so surprising, exciting as well as confusing.

Diawal kedatangan kami, cuaca sangat panas. Matahari bersinar dengan beraninya dan kesan pertamaku terhadap Victoria adalah “sama saja” seperti Banda Aceh yang luar biasa panas. Dua hari berlanjut dengan cuaca yang sama. Hari selanjutnya, hujan mulai turun dan derajat mulai menurun, dinginnya musim gugur yang akhirnya dating mulai mengeringkan kulit dan bibir. Matahari juga seakan enggan bersinar. Angin yang bertiup memperparah keterkejutan tubuhku akan cuaca dingin. Dan, kami beranggapan dinginnya musim gugur akan terus berlanjut, namun lagi-lagi perkiraan hanya perkiraan. Dua hari lalu, matahari dengan gagahnya muncul dan menyebarkan kehangatan, tidaaak…lebih tepatnya panas di bumi Victoria ini dan di musim gugur. Hujan yang sudah beberapa hari tak turun, kini turun dengan derasnya.

Dua hari telah berlalu lagi dan kini cuaca berubah lagi. Hari ini cuaca lebih baik dan ramah, taka da panas menyengat dan belum ada dingin mengikat. Tapi kurasa belum tentu...seperti kata Toula (my mom in Victoria).

”The weather in Melbourne is unpredictable. Really! The weather forecast says, it might not rain today but always bring your umbrella with you, oke?”, dan aku hanya mengangguk patuh malam itu ketika hujan turun sejadi-jadinya.

Oke, cukup sudah pembukaan kisah hari ini (ka leupah panyang muqaddimah, hehe).

Aku melangkah santai keluar dari rumah dan menuju station tram no. 74 di Burwood Highway sekitar 15 menit by walk. Toula menawarkan tumpangan, namun kukira masih terlalu pagi untuk buru-buru ke kampus dan hari ini rencananya aku ingin mencari object baru untuk hobi potret-potretku. Kukeluarkan kamera andalanku, Sony Cyber-shot DCS-W560 (yaa…cukuplah membantuku merealisasi hobiku, maklum aku belum punya uang cukup meraih DSLR yang harganya diatas 5jutaan itu). Sementara, foto yang mendominasi hanya tanaman dan bunga-bunga, hehe… setidaknya membantuku dalam mengatur micro, tone atau light.

Ketika akhirnya aku berjalan keluar pagar rumah, kuperhatikan jalanan lebih ramai dari biasanya. Yaap… ini saatnya anak-anak sekolah. Mobil-mobil mulai padat dilorong rumahku itu, ibu dan anak-anak kecilnya berjalan keluar mobil dan menuju sekolah yang memang hanya beberapa meter dari rumahku itu. Asik juga melihat pemandangan ini. Dan yang lebih menarik perhatianku, ketika akhirnya aku berada hampir didepan gerbang sekolah, kulihat ada seseorang berbaju kuning menyala seperti rain coat sedang duduk di sebuah kursi seberang gerbang sekolah. Di depannya ada sebuah pamphlet bertuliskan,  “Children Crossing”. Ketika ada seseorang atau rombongan anak-anak, atau oranrtua dan anak-anaknya atau bahkan hanya orang biasa yang ingin menyeberang, seseorang itu bangun dan dengan sebuah kayu ditangannya dan bersimbolkan “STOP”, dia bangkit menuju kearah jalan hingga mobil yang mengarah kearah jalan itu berhenti dan memberi kesempatan untuk yang lain menyeberang.

Langkahku agak sedikit memelan dan kuabadikan moment itu. Sesuatu yang juga membuatku tertarik, seseorang itu adalah seorang lelaki paruh baya. Dia mengenal seluruh anak-anak dan senantiasa mengucap selamat pagi dan menebar senyum.

Di gerbang depan hal yang sama juga terjadi. Seorang lelaki dengan usia yang sama juga melakukan hal yang serupa. Tepat di sign, ”Look, See and Care”, dia membantuku menyeberang dengan mengarahkan tanda ”STOP” ditangannya kearah mobil-mobil. Namun, jangan berharap kejadian ini akan terulang diwaktu yang lain, hanya disaat jam masuk sekolah dan pulang sekolah semua ini terjadi.

1 komentar:

  1. nice! Have a good day always in Victoria!
    keep writing! :) Salam kenal kak

    BalasHapus