Senin, 19 Maret 2012

Reflection of My 25 Years Old






5 Maret 2012. Sepertinya ada sesuatu dengan tanggal itu. Yap…tentu, tanggal itu special, bukan karena dia hari libur nasional, bukan karena perayaan tertentu, tapi special hanya untukku seorang. Hari jadiku.

Dua hari lalu, semuanya berjalan sangat baik dan lancar. Aku berwisata lagi ke City bersama dengan teman-teman dan Carolyn. Toula meyakinkan aku bahwa hari Minggu, aku dan Nao harus berada dirumah karena ada sedikit perayaan kecil. Ulang tahunku.

Aku bingung menggambarkan perasaanku sendiri. Aku merasa sedikit sedih mengingat di usia ke “seperempat abad” ini harus mengingatnya di Oz dan tidak bersama keluarga dan teman-teman. Satu hal lain yang membuatku tak ingin terlalu mengingat penambahan usiaku ini karena, aku sudah menginjak 25 tahun dan itu bukan usia muda yang pantas dibanggakan. Ada perasaan galau mengingat kesalahan dan kegagalan.

Namun, disatu sisi kecil hatiku ada kebahagian membuncah ketika keluarga baruku malah berniat mengadakan “syukuran” kecil-kecilan penambahan usiaku. Toula bahkan mempersiapkan semuanya dengan baik, mengundang makan keluarganya di hari Minggu itu.

Pagi minggu tanggal 4 Maret, aku bangun dan selesai mandi bergegas sarapan. Ketika akhirnya aku keluar dari kamar…
“Good morning Love! How are you?”, ucap Toula dan aku menjawab dengan suara lirih dan tersenyum.
“This is for you, Happy Birthday darling!”, ucapnya sambil memberikanku sebuah bingkisan bercorak bintang-bintang berwarna biru.
Aku mengucapkan terima kasih dan dia memelukku erat.
“I know, it’s one day earlier. But tomorrow you have to go to school…”
Aku hanya tersenyum.
“Open it!”
Aku membukanya dan sebuah piyama cantik bercorak senada bingkisan (bintang berwarna biru langit) ada didalamnya.
“I know you feel cold at night, and I hope it will make you warm…”


Nao memberikanku gantungan cantik, Mery memberiku gantungan dari batu khas Yunani. Ketika akhirnya si kembar datang, mereka memberiku sebuah sweater berwarna biru dongker dan Stephanie memberiku sebuah kalung yang dibuatnya sendiri.

Sejak pagi Toula mulai sibuk menyiapkan makanan, semuanya dia siapkan sendiri mulai dari main course hingga dessert.

Selesai lunch, aku dipanggil keluar dan disana sudah ada sebuah tart beserta lilin berlambangkan usiaku. 25 tahun. Dan kembang api berjejer mengelilinginya.

Pesta yang kecil ditengah keluarga baru. Aku bahagia, tapi aku lebih memilih menyebutnya sebagai “syukuran”.


Dan mungkin hadiah juga yang sangat aku perlukan adalah ketika, I’ve got my Internet connection, horraiii…

Malam itu akhirnya aku bisa langsung berkomunikasi dengan keluarga. My mom is the one I miss so much. Awalnya komunikasi terputus-putus, ada perasaan sedih dan gusar. Aku benar-benar ingin berbicara dengan mamak. Jam menunjukkan pukul 12.15 ketika akhirnya komunikasi kembali lancar. Ada kebahagian dan keharuan tersendiri ketika hampir dua minggu aku tak melihat wajah itu.

“Ummi, ka teumbeum. Sehat neuk?”, tanya mamak dan aku dengan rasa syukur menjawab pertanyaan dengan sebuah senyuman.

Keharuan yang sangat mendalam ketika mamak berkata,

“Ummi, singoh ka 25 thoen Neuk nyo? Ulang tahun kan?”, aku terhenyak.

Sejujurnya aku bahkan lupa bahwa aku berulang tahun, aku hanya mengingat aku ingin sekali melihat wajah mamak dan melupakan bahwa aku besok merayakan hari jadi.

Itu laah hadiah terindah dariMu Rabb. Dihari jadiku, akhirnya Kau ijinkan aku melihat wajah ibu, adik, abang, dan anda (panggilan untuk bundaku).

Namun setelah beberapa minggu berlalu dari hari jadiku itu, aku mulai merefleksi masa-masa kehidupanku didunia ini. Yaa..walaupun aku sadari, aku hanya manusia biasa yang walaupun berulang kali mengingat kesalahan, namun tetap mengulang.

Usia 25 tahun bukan lah usia seorang manusia muda yang seenaknya melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang dan kusadari bahkan di detik ini, aku masih suka melakukan hal-hal diluar pemikiran dewasa. Tertawa terbahak-bahak, sensitive keterlaluan, berbicara tak bermakna dan sebagainya. Namun, ada hal-hal yang sangat kusyukuri diusia ini. I won the scholarship at this age and being here with lovely new family. Aku punya sahabat-sahabat baru yang juga sudah kuanggap sebagai saudaraku, abang-abangku dan kakak-kakakku. Saudariku itu Arni, Nadia, Nanda, Hijja, Salwa, Eni. Kakak-kakakku itu Kak Khusna, Kak Mul, Kak Eva, Kak Inda, Kak Viza, Kak Putri dan Kak Nina. Dan tak lupa abang-abangku itu Bang Rusdi, Bang Saiful, Bang Sudirman, Bang Faisal, Bang Salman, Bang Fajri dan Bang Usman. Semuanya kami satu keluarga dari Aceh yang disatukan dalam satu program bernama Double Degree.

Namun, tak dipungkiri banyak hal yang aku pelajari ketika akhirnya aku menginjak seperempat abad seperti ini. Dan paling berpengaruh adalah ketika itu semuanya berkaitan dengan urutan ketiga doa, yaitu “pertemuan” atau bahasa sederhananya jodoh. Aku belajar banyak dari kata-kata itu.

Mimpiku saat aku masih berada di bangku sekolah bahwa aku ingin menikah di usia 23 tahun. Dan itu sudah terlewati sudah. Tak kupungkiri, kini aku sedikit menertawakan diri sendiri ketika aku beranjak 23 tahun dulu, keinginan menikah sangat besar apalagi ketika beberapa teman telah melangkah, dan ketika akhirnya seseorang datang mendekat harapan tumbuh begitu besar. Ketiga kegagalan-kegagalan datang berturut-turut, aku merasakan putus asa hingga akhirnya di pertengahan 24 tahun aku menyadari bahwa hanya Allah yang tau kapan, dimana dan siapa yang terbaik. Sabar. Itu kata kuncinya.

Maka menjelang usia 25 tahun, keinginan itu semakin kujaga baik-baik dalam konteks yang lebih dewasa. Aku mulai menyelami diri sendiri, memahami kehidupan pernikahan yang tidak selamanya dihiasi keindahan belaka. Aku juga mulai menamengkan hati dengan hati-hati hingga dia terjaga baik tanpa harus mengalami “jatuh hati” sebelum waktunya dan “patah hati” yang pada dasarnya belum pantas, hehe…

Tuhan Maha Adil. Itu saja yang semestinya dipegang. Selama aku bersama keluarga dan sahabat, insyaAllah semuanya indah. Ketika akhirnya Allah mengatakan, “Yes, you’re ready for that!”, maka itu lah sesuatu yang indah pada waktunya…

Aku pun merefleksi hal lainnya. Tanggung jawab. Apa tanggung jawabku sebagai seorang “Muslimah” sudah baik? Apa tanggung jawabku sebagai “anak” sudah baik? Apa kewajibanku sebagai seorang “guru” sudah sempurna?
Banyak hal yang aku sadari masih perlu diperbaiki, bahkan diusia ke 25 ini aku masih kekanak-kanakan. Menghabiskan waktu sia-sia hingga berjam-jam melamun, chating, dengar musik, padahal seandainya waktu itu dihabiskan membaca atau menulis, ada sesuatu yang dihasilkan. Namun, semuanya sudah berlalu, kini yang didepan mata yang harus dipikirkan.

Refleksi kehidupan ternyata kadang menyenangkan, memalukan dan yang paling indah adalah ketika hal yang menyakitkan menjadi pelajaran hidup. Kegagalan suatu hal lumrah, keberhasilan membawa gairah... Mudah-mudahan tahun ini lebih baik Ya Rabb, Amiin ^_^

1 komentar:

  1. Very awesome miss^^
    really cool and touched story..
    Miss you :)

    BalasHapus