Minggu, 26 February
2012
Suara Mamak, Teguran Allah di Sebuah Subuh di Vermont.
Hari kedua…
Malam itu aku
berencana tidur cepat, internet akses pun belum ada, jadi ku manfaatkan waktu
untuk segera tidur. Dengan perjalanan yang cukup jauh, aku tahu tubuhku masih
menginginkan waktu istirahat. Kuturunkan tirai penutup jendela hingga menutup
semua. Dan aku pun terlelap. Aku sangat sadar kalau alarm sudah sejak semalam
tersetel.
Pagi itu, aku begitu
terlelap, hingga ketika alarm berbunyi bertanda waktu shalat subuh datang, aku
dengan setengah sadar mematikannya. Namun, 10 menit kemudian alarm itu kembali
berbunyi dan kulihat sekeliling semuanya terlihat masih gelap. Udara yang
lumayan dingin membuatku tergoda untuk kembali tidur, hingga aku tiba-tiba aku
mendengar…
“Ummi, beudoh neuk,
seumayang suboh[*]!”,
Aku langsung terduduk
dari tidurku. Itu panggilan mamak ketika sering kali membangunkanku untuk
shalat subuh. Oh…I miss my mom (dan mulailah suasana sendu menyerangku, finally
I’ve got homesickness L ). Namun semuanya tak berakhir disitu, aku mulai mendengar
suara-suara langkah kaki dari luar kamar dan burung-burung mulai berkicau.
Jangan-jangan…
Kulangkahkan kaki
dengan terburu-buru menuju jendela kamar dan menarik tirai. Dan betapa
terkejutnya aku melihat sinar matahari yang sudah kian terang. Aku bergegas
keluar kamar dan mengambil whudu, kemudian buru-buru shalat subuh. Ternyata
perkiraank bahwa hari masih sangat gelap hanya karena tirai jendela menutup
semua dan aku berjanji dalam hati, tidak
akan melakukannya lagi.
Ah… Allah memang punya
banyak cara yang unik untuk mengingatkan hambaNya. Suara mamakku yang
memanggilku pagi itu telah menjadi instrumenNya untuk mencolekku dan
mengingatku tentang kewajiban lima waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar